Wednesday, July 14, 2004

PANTURA Dibayangi Krisis Air Bersih (Clean Water Crisis - Indramayu, Majalengka, Kuningan, Cirebon)

Source: Suara Karya Online

Musim kemarau yang diperkirakan akan berlangsung cukup lama dikhawatirkan akan menimbulkan krisis air bersih di wilayah III Cirebon, seperti Indramayu, Majalengka, Kuningan, Cirebon dan Kota Cirebon.

Krisis air bersih pada musim kering ini mulai dirasakan oleh beberapa warga masyarakat seperti di Indramayu, Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon yang sangat bergantung kepada Perusahaan Daerah Air Minum sebagai perusahan pemasok air bersih.

Pasokan air bersih untuk konsumsi kebutuhan rumah tangga di Kabupaten Cirebon, misalnya dilaporkan mengalami penurunan drastis. Penurunan itu terjadi karena persediaan air baku yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat menyusut tajam akibat dari kekeringan.

Persediaan air bersih yang dikelola PDAM tersebut berkurang hingga 30 persen. Selain karena kekeringan, berkurangnya sumber air bersih itu juga disebabkan karena menyusutnya jumlah mata air di kawasan Gunung Ciremai akibat rusaknya ribuan hektare kawasan hutan yang menjadi daerah resapan dan kantung air.

Pasokan air PDAM Kabupaten Cirebon berasal dari sejumlah mata air yang bersumber dari kawasan Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat.

Direktur Umum PDAM Kabupaten Cirebon, Nasir Asman mengatakan, sejak awal musim kemarau kali ini tiga sumber mata air untuk bahan baku air PDAM mengalami penurunan sekitar 30 persen dan diperkirakan akan terus menyusut apabila tidak ada pasokan dari air hujan.

Ketiga sumber air baku PDAM tersebut adalah mata air Cibodas, mata air Cikalahang, Kecamatan Sumber, dan air permukaan dari Bendung Karet Kumpulkuista di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.

Pada kondisi normal, debit air dari mata air tersebut berkisar 100 liter per detik, tetapi sekarang tinggal tersisa 40-60 liter per detik. "Ini jelas sangat berpengaruh terhadap pasokan kami bagi masyarakat pelanggan dan kami terpaksa menggilir jatah air bagi konsumen," kata Nasir Asman.

Akibat penyusutan persediaan air baku PDAM tersebut, maka pasokan air bersih bagi puluhan keluarga pelanggan PDAM yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Cirebon mengalami gangguan. "Air yang kita terima sangat sedikit sekali. Jumlahnya sangat tidak mencukupi. Paling kita hanya gunakan untuk memasak saja. Kebutuhan lainnya kita penuhi dengan cara membeli dari pedagang air keliling," kata Yunasril (32), warga Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.

Nasir Asman mengatakan, pihaknya kini tengah mengupayakan berbagai alternatif mencari sumber pasokan air baku tersebut, di antaranya bekerjasama dengan Perhutani setempat. "Pasokan air bahan baku PDAM, memang selalu kekurangan, jadi tidak hanya musim kering saja, pada musim hujan pun masalah kurang pasokan air selalu ada. Yang lebih parah tentunya pada musim kering seperti ini. Hal ini karena Kabupaten Cirebon tidak memiliki waduk penampung air hujan," katanya.

Selama ini, lanjut Nasir, PDAM Kabupaten Cirebon sangat bergantung pada pasokan air baku dari sumber mata air dan air permukaan yang selalu mengalami penurunan setiap kali musim kering. "Sepanjang kita tidak memiliki waduk penampung air, masalah kekurangan bahan baku bagi PDAM pasti terulang setiap tahun dan dari tahun ke tahun kondisinya semakin memprihatinkan," ungkapnya.

Sedangkan mengenai sumber mata air yang berada di kawasan hutan Gunung Ciremai saat ini dilaporkan lebih dari 20 persen, atau sekitar 2.000 hektar dari 8.975 hektar luas total areal hutan di Kawasan Gunung Ciremai mengalami kerusakan serius. Areal hutan yang rusak tersebut 70 persen berada di wilayah Ka-bupaten Kuningan dan sisanya masuk Kabupaten Majalengka.

Daerah lain yang juga ikut terganggu pasokan air bersihnya akibat kerusakan hutan Gunung Ciremai tersebut adalah Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, Majalengka, dan Kabupaten Indramayu.

Selain sebagai pemasok air bersih, sumber mata air di Gunung Ciremai juga menjadi pemasok air bagi sejumlah wa-duk atau bendungan bagi pengairan sawah di Majalengka, Indramayu, Kuningan dan Cirebon, diantaranya waduk Darma di Kabupaten Kuningan dan Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka.

Berkurangnya jumlah pasokan air tersebut bisa dilihat dari penyusutan tajam air yang berada di Waduk Darma, Kuningan. Dalam situasi normal, waduk yang airnya berasal dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Ciremai tersebut mampu menampung 30 hingga 39 juta meter kubik air.

Krisis air saat ini juga berlangsung di Kabupaten Indramayu. Puluhan ribu warga pelanggan PDAM setempat juga mulai mengalami kesulitan memperoleh pasokan air bersih. Bahkan akibat krisis air, PDAM setempat sempat berhenti berproduksi.

Untuk pertama kalinya sejak 20 tahun terakhir, BUMD itu berhenti berproduksi secara total pada Rabu siang (16/7), sehingga distribusi ke masyarakat perkotaan dengan jumlah pelanggan mencapai 10.000 orang terhenti sama sekali.

Meski penghentian pasokan air kepada warga yang dilakukan PDAM sempat terjadi hanya beberapa saat, namun kejadian itu sempat meresahkan pelanggan.

Plh Dirut PDAM Indramayu H Moch Sofyan ketika dikonfirmasi wartawan membenarkan penghentian produksi tersebut karena BUMD yang dipimpinnya sempat tidak memperoleh air baku dari Cimanuk yang ke arah Desa Terusan, Kecamatan Sindang.

"Air benar-benar habis. Malah petani yang telah menjebol bendung darurat sia-sia. Bukannya air tawar mendorong air laut, justru air laut mendorong sisa air tawar, sehingga saat ini warga setempat benar-benar kekurangan air bersih," tuturnya. Dijelaskan Sofyan, begitu air habis, intake Plumbon tidak bisa dipaksakan untuk memproduksi air bersih. Bila dipaksakan, akan terulang kejadian Desember 2002 lalu yaitu yang masuk ke jaringan pipa berupa air laut yang banyak mengandung kadar garam.

"Kami mengimbau masyarakat untuk sebisa mungkin menghemat air, ter-utama masyarakat di lingkungan perkotaan. Kebetulan yang lumpuh intake Plumbon, daerah pelayanannya meliputi perkotaan," katanya.

Diakui Sofyan, lumpuhnya intake Plumbon itu diduga akibat tambahan pasokan air dari Bendung Rentang telah habis terlebih dulu sebelum sampai ke Plumbon. "Penyebabnya, di daerah hulu airnya terlebih dulu diambili petani le-wat ratusan bahkan ribuan pompa air untuk mengairi sawah mereka," ujarnya.

"Petani membutuhkan air, begitu juga PDAM, tambahan air dari Bendung Rentang juga sia-sia karena lebih dulu dipompa petani hingga setelah sampai Plumbon sudah habis," tutur dia.

Menurut Sofyan, kebutuhan air untuk PDAM sebenarnya relatif kecil, yakni hanya 0,5 meter kubik per detik.

Jumlah pelanggan PDAM di Indramayu yang bakal terkena krisis air bersih diperkirakan lebih dari 30.000 pelanggan, meliputi wilayah Lohbenar, Jatibarang, Balongan, Juntinyuat, sampai Karangampel. "Saat ini debit airnya sekitar 20 liter per detik, dan beberapa pekan terakhir mulai menurun," katanya. (Ant/D-2