Tuesday, July 06, 2004

Warga Mulai Sulit Dapatkan Air Bersih (Citizens having difficulty getting clean water)

Source: Pikiran Rakyat 6/7/2004

BANDUNG, (PR).-
Kendati musim kemarau belum berlangsung lama, beberapa daerah permukiman di Kota Bandung mulai mengalami kesulitan air. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa membelinya. Bahkan, tidak jarang, warga harus berebut mendapatkan air dari sebuah sumur, seperti terjadi di Jln. Cibolerang.

Sejumlah warga kepada "PR", Senin (5/7) menyebutkan, saat ini air memang sudah mulai langka. Meski sudah melakukan penghematan, seperti mandi satu kali, warga tetap merasa kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti minum.

(Toggletext translation of above - Although the dry season did not yet take place old, several areas of the settlement in the Bandung City began to experience the water difficulty. To fill the requirement for the water, the citizen was forced to buy him. Moreover, not rare, the citizen must fight obtained the water from a well, as happening in the Road. Cibolerang. Several citizens to "PR", on Monday (5/7) mentioned, at this time the water indeed has begun rare. Although doing saving, as bathing one time, the citizen continued to feel the lack of the water to fill the requirement for the subject as drinking. The condition for the difficulty received the water was drawn clear in a leased place in the Road).

Kondisi sulitnya mendapat air tergambar jelas di sebuah tempat kontrakan di Jln. Cibolerang 142. Untuk mendapatkan air, penghuninya harus berebut. Ny. Nani, salah seorang penghuni kontrakan, mengungkapkan, selama ini dirinya bersama 24 KK mendapatkan air untuk minum dan keperluan sehari-hari dari tiga lubang sumur yang disediakan pemilik rumah kontrakan dengan cara ditimba.

Namun, belakangan ini, debit air sumur itu menyusut. Bahkan, seminggu terakhir ini, sumur itu nyaris tak berair. Kalaupun terisi, airnya sudah mulai berubah menjadi keruh. "Bahkan sumur yang satunya lagi, terpaksa tidak dipakai karena airnya bau comberan," ungkap Ny. Nani dan Jemi.

Akibat dari menyusutnya air tersebut, penghuni kontrakan sebanyak 24 KK itu tiap hari terpaksa harus berebut air. Bahkan tidak jarang mereka harus bangun pukul 03.00 WIB dini hari hanya untuk mendapatkan air.

Selain harus bangun lebih awal, menurut Ny. Nani, sebelum dikonsumsi atau dipakai keperluan lainnya, warga juga harus menyaring terlebih dulu karena air berwarna kekuningan. "Kami tidak tahu apakah layak atau tidak dikonsumsi air itu, yang jelas bagi kami ukurannya bening saja," katanya.

Ny. Nani mengungkapkan kondisi ini selalu berulang kali ketika musim kemarau datang. "Sebetulnya kami berusaha ke tempat lain untuk mendapatkan air yang layak dikonsumsi. Namun, karena di sekitar permukiman Cibolerang juga mengalami hal yang sama, daripada tidak mendapatkannya kami manfaatkan saja air yang ada," katanya.

Tidak hanya di wilayah Cibolerang, beberapa wilayah lainnya juga mengalami hal yang sama. Untuk itu warga meminta pemerintah menyalurkan air bersih untuk minum.