Monday, August 16, 2004

2.934 ha Sawah Kekeringan (2,934 Ha of paddy-field in drought, Bandung)

Source: Pikiran Rakyat

BANDUNG,(PR).-
Kekeringan yang melanda areal persawahan di Kab. Bandung semakin hari kian luas. Hingga pertengahan Agustus saja, areal yang mengalami kekeringan mencapai 2.934 ha. Semakin meluasnya kekeringan itu disebabkan musim kemarau, buruknya lingkungan, dan fluktuasi suhu yang tinggi.

English Translation

BANDUNG, (PR).
- the Drought that struck the area of rice cultivation in Kab.Bandung increasingly the day increasingly the area. To mid August, the area that experienced the drought reached 2,934 ha. Increasingly expanded him the drought was caused the dry season, bad him the environment, and the fluctuation the high temperature.


Menurut Kepala Dinas Pertanian Kab. Bandung, Sofian Nataprawira, Minggu (15/8), kekeringan itu mencakup kategori puso (gagal total) 44 ha, berat 335 ha, sedang 793 ha, dan ringan 1.762 ha. "Areal kekeringan seluas 2.934 ha itu berada di 20 kecamatan dan umumnya menimpa sawah tadah hujan.

20 kecamatan yang mengalami kekeringan itu adalah Arjasari 263 ha, Cipatat 10 ha, Cimaung 5 ha, Sindangkerta 300 ha, Cipongkor 408 ha, Cikancung 78 ha, Rancaekek 125 ha, Padalarang 10 ha, Ciwidey 219 ha, Cicalengka 91 ha, Nagreg 30 ha, Bojongsoang 165 ha, Cipeundeuy 195 ha, Ciparay 105 ha, Cihampelas 115 ha, Solokan jeruk 293 ha, Rancabali 15 ha, Pasir Jambu 33 ha, Ibun 44 ha, dan Soreang 430 ha.

"Kec. Soreang menderita kekeringan paling parah, yaitu 430 ha. Sedangkan puso terparah menimpa Kec. Sindangkerta yaitu 14 ha," kata Sofian.

Apabila mengacu kepada data sawah yang terkena kekeringan berat, Sofian mengatakan, risiko puso juga semakin besar. "Puso seluas 44 ha saja telah mengakibatkan 220 ton gabah kering giling gagal panen. Akibatnya, ribuan petani harus kehilangan penghasilan," ujarnya.

Walaupun gagal panen, angka 220 ton itu termasuk kecil dibandingkan rata-rata produksi keselurahan Kab. Bandung sebesar 650 ribu ton/tahun. Kendati demikian, Sofian mengatakan, ancaman kekeringan harus tetap diwaspadai. "Berdasarkan berbagai upaya yang telah kami lakukan, kekeringan tahun ini mudah-mudahan tak separah tahun lalu yang mencapai 12 ribu ha," katanya.

Upaya Dinas Pertanian itu antara lain bekerja sama dengan pihak kecamatan seperti monitoring areal sawah, inventarisasi sumber air, memantau pengaturan pemakaian air, pompanisasi, pengaturan pola tanam, dan bantuan benih. "Selain itu, kami juga bersama Perhutani berupaya merebosisasi lahan-lahan negara," katanya.

Sofian mengatakan, pompanisasi telah berhasil menyelamatkan sebagian areal sawah yang kekeringan. "Banyak sekali daerah yang sukses menanggulangi kekeringan dengan pompanisasi seperti di Solokanjeruk. Namun, karena jumlah pompa sangat terbatas, kekeringan tak bisa diatasi secara menyeluruh," katanya.

Sofian juga mengakui Dinas Pertanian sangat kesulitan mencapai hasil maksimal karena sudah begitu buruknya kondisi lingkungan di Kab. Bandung.

Kerusakan lingkungan di Kab. Bandung juga diakui anggota pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Sobirin. Dia mengatakan pemecahan yang paling efektif untuk mengatasi kekeringan adalah mengembalikan kondisi lingkungan di hulu Citarum dan anak sungainya.