Monday, August 23, 2004

Kondisi Parunghalang Parah (GroundWater Problem, Kabupaten Bandung)

Source: Pikiran Rakyat

Kondisi Parunghalang Parah
Turun 1 Meter Akibat Penyedotan Air Tanah dan Erosi

BANDUNG, (PR).-
Penyedotan air tanah di sekitar Kel. Andir Kec. Baleendah, serta Kel. Pasawahan Kec. Dayeuhkolot Kab. Bandung mengakibatkan permukaan tanah di wilayah itu terus merosot tajam. Kondisi di Kp. Parunghalang Kel Andir, merupakan daerah yang terparah karena turun sekira 1 meter dalam 5 tahun terakhir. Demikian dikatakan Lurah Andir, Moh. Jauhari, akhir pekan lalu.

English Translation

The condition for Parunghalang Parah
descended 1 Metre resulting from Ground Water Suction and Erosi

Bandung, (PR).
- ground water Suction around Kel.Andir Kec.Baleendah, as well as Kel.Pasawahan Kec.Dayeuhkolot Kab.Bandung resulted in the surface of the land in the territory continuing to decline sharp. The condition in Kp. Parunghalang Kel Andir, was the serious area because of descending approximately 1 metre for the last 5 years. Was like this it was said the Andir Village Head, Moh. Jauhari, late last week.


"Kondisi itu diperparah dengan tingkat pendangkalan Sungai Citarum yang sangat tinggi serta akibat erosi sehingga permukaan air terus meninggi. Sementara itu, permukaan tanah terutama di Kp. Parunghalang terus merosot sehingga letak Parunghalang saat ini saja sudah berada di bawah permukaan air Citarum," katanya.

Berdasarkan pengamatan "PR", permukaan air Citarum lebih tinggi sekira 2 meter dari permukaan tanah Parunghalang. Jadi, bila tanggul di Sungai Citarum jebol, Kp. Parunghalang dipastikan bakal terendam. Meski sampai sekarang tak jebol, di saat Sungai Citarum meluap, tanggul itu pun ternyata tak kuasa menahan luapan air sehingga Kp. Parunghalang terendam beberapa meter.

Diakui Moh. Jauhari, Kp. Parunghalang selalu terendam air setiap musim hujan tiba. Banjir di situ selalu paling dalam dan lama dibandingkan kampung-kampung dan desa-desa atau kelurahan di sekitarnya. "Bila banjir di tempat lain dalam satu atau dua hari sudah menyusut, tapi Kp. Parunghalang baru menyusut setelah beberapa minggu," katanya.

Jauhari, agar mengatakan penurunan muka tanah di Parunghalang bisa diatasi, satu-satunya jalan adalah segera merelokasi seluruh pabrik di sekitar daerah tersebut. Pembuatan bak air (folder) untuk menampung air di kala Citarum meluap pun sebenarnya hanya bersifat penanggulangan jangka pendek.

Pasalnya, lanjut Jauhari, dengan kondisi permukaan air Citarum yang terus meninggi sedangkan permukan tanah di Kp. Parunghalang terus menurun, jumlah luapan air pun akan semakin meningkat setiap tahunnya. Akibatnya, bak air pun semakin lama semakin tak mampu menampung luapan air. Jadi, meskipun mampu meredam banjir dalam satu atau dua tahun, bak air belum tentu mampu menampung seluruh air banjir pada tahun-tahun berikutnya, katanya.

Mutlak

Sementara itu, Koordinator Lapangan Warga Peduli Lingkungan (WPL), Cecep Kurnia mengakui bahwa relokasi pabrik di hulu Citarum seperti di Majalaya, Baleendah, Dayeuhkolot, dan sebagainya merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Penyedotan air tanah yang berlebihan oleh pabrik mengakibatkan permukaan tanah terus amblas setiap tahunnya. "Selain itu, limbah dari pabrik pun mengakibatkan pencemaran yang luar biasa," katanya.

Dicontohkan Cecep, permukaan tanah Kp. Parunghalang pada sekira 1970-an berada beberapa meter di atas permukaan air Citarum. "Bahkan, para orang tua mengatakan permukaan tanah Kp. Parunghalang sekira 2 taraje (tangga) di atas permukaaan air Citarum," katanya.

Pengrusakan hutan dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan tingkat pendangkalan Sungai Citarum berlangsung sangat dahsyat. Kondisi itu semakin diperparah oleh pendangkalan limbah yang juga sangat tinggi. Buktinya, sekira 300 ton limbah setiap harinya tumpah ke Sungai Citarum. Namun sebaliknya, permukaaan tanah semakin menurun. Akibatnya, banjir di Kp. Parunghalang dipastikan akan terus bertambah dahsyat setiap tahunnya.