Monday, August 09, 2004

Mubazir, Sumur Artesis Bantuan Projek P2AT (Artesian Well Help Project, Kuningan)

Source: Pikiran Rakyat

Warga Tetap Antre untuk Dapatkan Air

KUNINGAN, (PR).-
Pembuatan sumur artesis bantuan Depkimpraswil yang dilaksanakan melalui projek Pengadaan dan Pengembangan Air Tanah (P2AT) Cirebon di Dusun Sukaasih Ds. Cihanjaro Kec. Karangkancana Kab. Kuningan, dinilai mubazir dan hanya membuang-buang biaya. Di saat warga sekitar kesulitan memperoleh air sejak sebulan terakhir, sumur bor berkedalaman lebih kurang 130 meter yang dibuat tahun 2003 dengan menghabiskan biaya ratusan juta rupiah itu ternyata tidak mengeluarkan air.

English Translation

The citizen continued to queue to Obtain water

the artesian Production of the well Depkimpraswil help that was carried out through projek the Procurement and the Development of the Ground Water (P2AT) Cirebon in the Sukaasih Ds Village. Cihanjaro Kec. Karangkancana Kab.Kuningan, was considered superfluous and only wasted the cost. When the citizen around the difficulty received the water since the last month, the artesian well berkedalaman approximately 130 metre that was made in 2003 with finished the cost hundreds of millions rupiah that obviously did not issue the water.


Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, penduduk Desa Cihanjaro dan Simpayjaya Kec. Karangkancana terpaksa harus antre seperti pada musim kemarau sebelumnya menunggu air dari mata air dan anak sungai yang berjarak ratusan meter dari perkampungan.

Sementara itu, bagi penduduk yang tergolong mampu dan yang memiliki kendaraan pribadi, untuk memenuhi kebutuhan airnya dengan mengangkutnya dari sumber-sumber air di luar desanya. Sejumlah penduduk Dusun Sukaasih yang ditemui "PR" di sekitar sumur tersebut, menyebutkan sumur tersebut dibuat pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk Desa Cihanjaro dan Simpayjaya Kec. Karangkancana yang setiap musim kemarau selalu mengalami krisis air.

Namun, semua itu sama sekali belum memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitarnya. Menurut mereka, sejak rampungnya pembuatan sumur, pemborong seolah melepaskan tanggung jawab begitu saja.

Ditinggalkan

"Entah akan diteruskan lagi entah tidak, yang jelas setelah kondisinya begini, ternyata ditinggalkan begitu saja," tutur Ruhiman (50) warga Desa Cihanjaro. Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Petambangan (DSDAP) Kuningan Ir. Abdul Kodir yang dikonfirmasi tidak banyak memberikan keterangan. Sebab tuturnya, khusus untuk projek sumur artesis bantuan Depkimpraswil tersebut, seluruhnya ditangani pihak P2AT Cirebon.

Dengan alasan tersebut, Abdul Kodir yang dihubungi "PR" ketika dia bekerja lembur di kantornya, Minggu (8/8) menyatakan pihaknya tidak mengetahui anggaran yang dihabiskan maupun faktor-faktor gagalnya projek tersebut. "Sementara ini kami juga belum mendapat konfirmasi dari P2AT, apakah projek tersebut akan ditindaklanjuti hingga berhasil mengeluarkan air yang bisa memenuhi kebutuhan penduduk di dua desa tersebut atau tidak," ujarnya.

Soal dana yang dihabiskan untuk projek tersebut, Abdul Kodir hanya memberikan gambaran, untuk membuat sumur artesis sedalam itu, diperkirakan menelan biaya tidak kurang dari Rp 250 juta. Sementara itu, berdasarkan pengamatan "PR" di lokasi sumur artesis, tampak sudah dilengkapi bangunan tembok rumah sumur, tangki-tangki besar penampung air yang dikelilingi pagar kawat pengaman lokasi. Di luar itu, juga sudah terpasang sebuah tangki penampung dan penyalur air penyuplai air ke permukiman-permukiman penduduk di sekitarnya.