Thursday, September 02, 2004

60% Air Citarum Merupakan Limbah (60% of water in the Citarum River is Bandung waste)

Source: Pikiran Rakyat

BANDUNG, (PR).-
Sekira 13 m3/detik atau 60% dari 22 m3/detik total air Sungai Citarum di cekungan Bandung, saat musim kemarau adalah limbah cair. Sementara 12 m3/detik di antaranya berasal dari limbah rumah tangga dan 1 m3/detik dari limbah industri. Kondisi itu mengakibatkan Citarum diambang kematian sehingga bakal menghancurkan dunia pertanian, perikanan, industri air minum, terhentinya pasokan listrik, dan sebagainya.

English Translation

Approximately 13 m3/detik or 60% from 22 m3/detik the total Citarum river water in the Bandung basin, during the dry season was the liquid waste. Temporary 12 m3/detik including coming from the waste of the household and 1 m3/detik from the waste of the industry. The condition resulted in Citarum diambang the death so as to destroy the world, fisheries, the drinking water industry, the stopping, et cetera of electricity supplies of agriculture.


Hal itu diungkapkan anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin, di Sekretariat DPKLTS, Rabu (1/9). "Jadi, debit asli air Citarum di musim kemarau sebenarnya hanya 40% atau 0,3 miliar m3/tahun (9 m3/detik)," katanya.

Sobirin mengatakan, jumlah 60% limbah tersebut hanya termasuk kategori limbah cair, tidak termasuk limbah padat berupa sampah. "Padahal, limbah padat tak kalah parahnya. Buktinya, sampah plastik yang dibuang oleh penduduk di hulu tampak menggunung sepanjang tepian Citarum," katanya.

Dikatakan Sobirin, setiap musim kemarau seperti sekarang ini, air Citarum selalu hitam pekat dan berbau sangat menyengat. "Bahkan, saat DPKLTS melakukan survei udara 1.000 meter di atas Citarum yang berlimbah itu, bau menyengat masih tercium di udara," katanya.

Lanjut Sobirin, setiap penduduk cekungan Bandung mengonsumsi 175 liter/hari. "Dengan total penduduk 7 juta jiwa, seluruh penduduk berarti mengonsumsi 1,225 miliar liter/hari atau 1,225 juta m3/hari. Bila dihitung ke detik menjadi 1,225 juta m3/hari atau 15 m3/detik. Karena 80% dari 15 m3/detik itu dibuang menjadi limbah cair, total limbah cair dari penduduk adalah 12 m3/detik," katanya.

Ratusan industri besar

Sobirin juga mengatakan, ada sekira 400 industri besar di cekungan Bandung yang rata-rata setiap industri menggunakan air sekira 200 m3/hari. "Jadi, totalnya adalah 400 industri x 200 m3/hari = 800 ribu m3/hari. Bila dihitung ke detik, menjadi 800 ribu m3/hari atau hampir mendekati 1 m3/detik. Namun, meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan limbah rumah tangga, pencemaran limbah industri jauh lebih berbahya karena mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)," katanya.

Ditegaskan Sobirin, kerugian material dari kehancuran Citarum sangat besar. "Sebagai contoh, kerugian akibat kegagalan panen 300.000 ha sawah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sebanyak 2 kali setahun bisa mencapai Rp 6 triliun/tahun. Sementara akibat terhambatnya pasokan listrik 5 miliar Kwh/tahun, bisa mencapai Rp 35 triliun/tahun," katanya.

Kepala Subdinas Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bandung Atih Witartih, mengakui sulit mengatasi pencemaran Citarum. Tingginya pencemaran Citarum tak terlepas dari rendahnya kesadaran masyarakat dan pengawasan terhadap limbah rumah tangga jauh lebih sulit dibandingkan industri.