”Septic Tank” Komunal di Citarum Mendesak (Communal ”Septic Tank” in Citarum Mendesak)
Source: Pikiran Rakyat
Guna Mengatasi Pencemaran Secara Efektif
BANDUNG, (PR).-
Pembangunan septic tank komunal (on site) dan instalasi pengolahan air limbah (off site) di sepanjang Sungai Citarum, sangat mendesak dilakukan. Pasalnya, cara itu dipastikan ampuh meminimalkan limbah domestik di sungai itu yang mencapai 70% dari total limbah.
English Translation
In Order To overcome Pollution of Secara Efektif
Bandung, (PR).-
the Development septic the communal tank (ounce site) and the installation of the processing of the waste water (off site) all along the Citarum River, very urgent was done. His article, the method was ascertained potent minimised the domestic waste in the river that reached 70% from the total waste.
Demikian dikatakan Pimpinan Local Enviromental Strategy Western Java Enviromental Management Project (LES WJEMP) Kab. Bandung, yang juga Kepala Sub bagian Bina Program Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Bandung Deddy Mulyadi, di kantor DLH, Soreang, Jumat (14/10). "Selama ini, sebagian besar limbah domestik dibuang langsung ke Citarum sehingga pencemaran tak terkendali," katanya.
Ditegaskan Deddy, bila dibiarkan, pencemaran Citarum bisa mengakibatkan kota-kota lainnya seperti Jakarta dan Bekasi "mati". "Kedua kota itu sangat mengandalkan pasokan air bersihnya dari Citarum. Kalau terus tercemar, dari mana lagi mereka mendapatkan air bersih?" tanyanya.
Deddy menegaskan, kajian WJEMP Kab. Bandung itu mesti ditindaklanjuti dengan kajian berikutnya yaitu studi kelayakan dan rencana detail desain. WJEMP Kab. Bandung baru menyimpulkan kombinasi septic tank komunal dan IPAL merupakan strategi yang tepat. Namun, teknis detailnya seperti berapa jumlah dan di mana saja tempatnya, harus segera ditindaklanjuti.
Lebih lanjut Deddy mengatakan, setiap septic tank komunal berfungsi menampung limbah domestik dari kawasan tertentu. Dengan demikian, seluruh kawasan pemukiman harus dibagi ke dalam beberapa zona. Limbah dari setiap zona ditampung dalam satu septic tank komunal.
Sistem IPAL ideal
Deddy mengakui sistem IPAL merupakan cara yang paling ideal. Namun, permasalahannya IPAL itu membutuhkan lahan yang sangat luas seperti IPAL Bojongsoang saja mencapai 80 ha. Selain itu, Citarum sangat panjang sehingga tidak cocok jika hanya membangun IPAL saja, melainkan harus dikombinasikan dengan septic tank komunal.
Dicontohkan Deddy, keberadaan IPAL Bojongsoang dipastikan tidak bisa menerima limbah secara gravitasi (mengalir begitu saja) dari pemukiman di selatan Citarum. "Letak IPAL Bojongsoang lebih tinggi dibanding pemukiman tersebut sehingga limbahnya harus disedot dengan pompa. Padahal, hal itu menelan biaya yang sangat besar," katanya.
Agar semua itu bisa terwujud, Deddy menegaskan, pemerintah kabupaten/kota lain serta pemerintah provinsi dan pusat mesti ikut turun tangan. Pasalnya, pembangunan tersebut tidak bisa ditanggung sendiri oleh Kab. Bandung karena sangat mahal. Selain itu, Citarum pun sangat vital bagi kabupaten/kota lainnya sehingga mereka pun harus ikut bertanggung jawab
Namun, untuk limbah industri yang memiliki karakteristik tersendiri, menurut Deddy, penanganannya harus dengan IPAL, tidak bisa dengan septic tank komunal. "Karena itu, keberadaan IPAL terpadu harus terwujud di setiap zona industri seperti Majalaya, Batujajar, dan sebagainya," katanya.
Anggota Lokal Program Support WJEMP Kota Bekasi, yang juga Kepala Subbidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi Dani Sahir, mengakui Bekasi dan Jakarta bakal kerepotan jika pencemaran di Citarum terus-menerus tidak terkendali. "Kami tak punya alternatif lain untuk mengganti sumber pasokan air bersih dari Ciatrum," katanya.
Sementara itu, Ketua Harian WJEMP Jabar yang juga pakar lingkungan dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar Dr. Setiawan Wangsaatmaja, mengakui rekomendasi dari WJEMP Kab. Bandung itu merupakan strategi yang sangat tepat. "Jadi, kajian detailnya mesti segera dilaksanakan," katanya.
<< Home