Wednesday, December 08, 2004

Sekitar 80 Persen PDAM Dinilai Tidak Sehat (80% of PDAM's in unhealthy condition)

Source: Kompas



Jakarta, Kompas - Setidaknya 80 persen pelayanan perusahaan daerah air minum sebagai pengelola air bersih dinilai tidak sehat karena manajemen yang kurang baik dan kebocoran secara fisik. Oleh karena itu, pemerintah mengajak investor di bidang infrastruktur untuk juga berinvestasi dalam pembangunan proyek air bersih, tidak hanya berinvestasi di pembangunan jalan tol.

"Sekitar 80 persen pelayanan PDAM itu tidak sehat karena manajemen kurang baik," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam Rapat Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia bidang Prasarana, Tanah, Permukiman, dan Lingkungan Hidup, di Jakarta, Sabtu (4/12).

Djoko mencontohkan, manajemen yang kurang baik itu, misalnya, adanya penunjukan direksi di perusahaan daerah air minum (PDAM) yang kurang profesional oleh pemerintah daerah. Selain itu, PDAM yang dibangun kurang dikelola selayaknya perusahaan yang baik dan kurang memerhatikan aspek pelayanan kepada masyarakat. PDAM lebih memerhatikan masalah penerimaan asli daerah.

Djoko menambahkan, tantangan bidang sumber daya air, terutama kerusakan sumber air, baik danau, waduk, dan pencemaran air dan sumber air akibat pertumbuhan lahan permukiman dan industri. Selain itu, masih banyaknya jaringan irigasi yang belum berfungsi baik dan makin banyaknya daerah aliran sungai kritis yang berakibat makin luasnya daerah rawan banjir.

English Translation

Jakarta, Kompas - At Least 80 percent the service of the company of the area of the drinking water was as the clean water manager assessed unhealthy because of the management that not better and physical losses. Therefore, the government asked the investor in the infrastructure field to also invest in the clean development of the water project, and not only invest in the development of the toll road.

"Around 80 percent the PDAM service was unhealthy because of the management not better," said Minister Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto in the National Meeting of the Co-ordination of the Chamber Of Commerce and the Indonesian Industry of the Infrastructure field, the Land, the Settlement, and the Environment, in Jakarta, Saturday (4/12).

Djoko gave an example, the management that not better that, for example, the existence of the appointment of the management in the company of the area of the drinking water (PDAM) that more unprofessional by the regional government. Moreover, PDAM that was built was not all that managed properly the good company and not all that memerhatikan the aspect of the service to the community.
PDAM more memerhatikan the original problem of acceptance the area.

Djoko added, the challenge of the field of water resources, especially damage of the source of water, both the lake, the reservoir, and pollution and the source of water of water resulting from the growth and the industry of the settlement land. Moreover, still the number of networks of the irrigation that did not yet function good and increasingly the number of critical river basins that result in increasingly the width of the area of the flood danger.


Kebocoran 30-40 persen

Kepada pers, Djoko menjelaskan, PDAM tidak sehat terjadi karena adanya kebocoran. "Kebocoran masih banyak, sekitar 30 persen sampai 40 persen," katanya. Ia menjelaskan, kebocoran itu tidak hanya berupa kebocoran secara fisik, melainkan juga nonfisik. "Airnya ada, tetapi tidak menjadi uang (unaccounted fall water)," ujarnya.

Dari catatan Departemen Pekerjaan Umum, peluang investasi air minum terbuka untuk 40 kota/kabupaten dengan total kapasitas sebesar 44.000 liter per detik yang akan dikembangkan menjadi 63.000 liter per detik. Peluang investasi air minum yang dapat dibangun antara lain di Kota Medan, Padang, Jambi, Bekasi, Karawang, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Mataram. Kebutuhan investasi di proyek air bersih tersebut diperkirakan sekitar Rp 5 triliun.

Sementara itu, terkait dengan kebutuhan investasi pembangunan jalan tol tahun 2005-2009 sepanjang 1.593 kilometer (km) di Pulau Jawa dan sepanjang 56 km di luar Jawa, nilai investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 89 triliun.

Dari data Bappenas, nilai investasi di bidang infrastruktur tahun 2005-2009 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen, investasi proyek air minum yang dibutuhkan mencapai 2,16 miliar dollar AS. Nilai investasi proyek air minum itu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan 30,5 juta jiwa. Untuk pembangunan infrastruktur jalan sepanjang 93.700 km tahun 2005-2009, nilai investasi yang dibutuh sekitar 20,83 miliar dollar AS.

Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia Fatchur Rochman mengungkapkan, masih diperlukan regulasi-regulasi teknis yang mengatur masalah pembangunan proyek jalan tol. Ia mengingatkan, jangan sampai pemerintah memiliki komitmen untuk membangun infrastruktur, tetapi terhambat dalam pelaksanaan teknis di lapangan.

Oleh karena itu, diperlukan regulasi teknis, seperti aturan main mengenai pembebasan lahan, tarif tol, atau kontrak yang dapat juga mewujudkan pembangunan infrastruktur.