Friday, January 28, 2005

Punclut bukan Daerah Resapan Air Tanah (Punclut not the Area of Ground Water Absorption)

Source: Pikiran Rakyat



Melainkan Sebagai Tangkapan Air

BANDUNG, (PR).-
Kawasan punclut dilihat dari struktur geologi tanah ternyata hanya sebagai daerah tangkapan air, bukan daerah resapan air tanah. Daerah yang menjadi resapan air tanah di kawasan Bandung Utara (KBU) adalah di bagian barat (Jln. Setiabudi-Lembang ke barat) dan di bagian timur (kaki Gunung Manglayang sampai Cicalengka).

Hal itu terungkap dari diskusi ilmiah yang diselenggarakan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jawa Barat dan Banten di Gedung Geologi Jln. Dipenogoro, Kamis (27/1). Tampil sebagai pembicara, Hardoyo Rajiyowiryono (peneliti dari IAGI) dengan moderator Ketua IAGI Jabar-Banten, Lambok Hutasoit. Hadir sebagai peserta diskusi, anggota IAGI, pejabat Pemprov Jabar dan Kota Bandung. Turut hadir Direktur PT Dam Utama Sakti Prima, Fandam Darmawan.

English Translation

Bandung, (PR). -

The region Punclut was seen from the structure of land geology evidently only as the area of the arrest of water, not the area of the absorption of the ground water. The area that became the absorption of the ground water in the Bandung region North (KBU) was on the west (the Road. Setiabudi-Lembang to the west) and on the east (foot the Manglayang Mountain until Cicalengka).

That was expressed from scientific discussions that were held by the Indonesian Association of the Geologist (IAGI) West Java and Banten in the Building of Road Geology. Dipenogoro, Thursday (27/1). Appear as the speaker, Hardoyo Rajiyowiryono (the researcher from IAGI) with the Chairman's moderator of IAGI West Java-Banten, Lambok Hutasoit. Be present as participants in discussions, the IAGI member, the official Pemprov West Java and the Bandung City. Take part in being present PT Dam Utama Sakti Prima Director, Fandam Darmawan.


Alasan Punclut bukan daerah resapan air tanah, menurut Hardoyo, Punclut mengandung lapisan tanah breksi yang kedap air sehingga air hujan saat masuk ke lapukan tanah tidak langsung diteruskan ke lapisan tanah yang paling dalam, tapi dikeluarkan melalui mata air. Oleh karenanya di sana banyak ditemukan mata air.

Di daerah Jln. Setiabudi-Lembang, lapisan tanahnya mengandung tufa dan kipas aluvial sehingga air yang datang dari atas melalui tanah lapukan bisa langsung diserap dan diteruskan ke tanah yang paling dalam. Di kaki Gunung Manglayang sampai Cicalengka, mengandung bantuan gunung api yang tidak teruraikan dan sebagian mengandung breksi sehingga daerah tersebut dikenal sebagai daerah resapan air tanah bukan utama.

Hardoyo mengungkapkan, data tersebut adalah diambil dari hasil penelitian atas kerja sama dengan Jerman. "Kami hanya mengungkap data yang ada pada kami, tidak punya pretensi apa-apa," ungkapnya.

Peneliti lain, Ir. Dadang mengungkapkan, dilihat dari aspek geologi di KBU ada tiga formasi lapisan tanah yaitu formasi Cibeureum, Cikapundung, dan Cikidang. Formasi Cibeureum adalah paling bagus penyerapan air tanahnya, yakni di sekitar Jln. Setiabudi -Lembang, Cigadung, dan Coblong.

Formasi Cikapundung, hanya bagian vegetasi atasnya yang bagus, sedangkan ke bawahnya jelek, seperti di wilayah punclut. Formasi Cikidang dinilai bagus lapisan tanahnya untuk menjadi sumber resapan air tanah namun alurnya tidak ke Bandung tapi ke Lembang.

Cekungan Bandung

Pada bagian lain, Hardoyo mengatakan bahwa KBU dan kawasan Bandung Selatan (KBS) seharusnya dipandang sebagai bagian integral dari Cekungan Bandung mengingat keduanya mempunyai kontribusi besar terhadap rusak tidaknya Cekungan Bandung. Untuk itu, diharapkan dalam penataannya tidak lagi dipisahkan namun harus menjadi satu kesatuan.

Hardoyo menjelaskan, kedua kawasan itu perlu diperhatikan mengingat air tanah Cekungan Bandung di beberapa daerah sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pemanfaatan lahan yang semakin pesat, juga menjadi salah satu faktor terjadinya kerusakan Cekungan Bandung.

Air tanah Cekungan Bandung, katanya, mempunyai tiga daerah yaitu Lembang, Batujajar dan Bandung-Soreang. Untuk Bandung-Soreang mempunyai potensi air tanah bebas sebesar 795 juta meter kubik per tahun dan air tanah tertekan sebesar 117 juta meter kubik per tahun.