Friday, April 01, 2005

Air Bisa Jadi Sumber Kerawanan Sosial (Water could be the source of social instability)

Source: Suara Pembaruan



Suara Pembaruan - 31 Maret 2005

JAKARTA - Pengelolaan air bersih yang saat ini masih dirasakan belum menjadi masalah, diperkirakan akan menjadi sumber kerawanan sosial pada sepuluh tahun mendatang, jika tidak diterapkan pengelolaan yang baik. Saat ini beberapa wilayah di Indonesia sudah mengalami krisis air, seperti Pulau Jawa, karena upaya konservasi air bersih tidak dilakukan secara maksimal.

Sejumlah lahan yang seharusnya menjadi lokasi konservasi air telah rusak dan tidak bisa menjalankan fungsinya. Belum lagi masalah pemenuhan hak atas akses air bersih kepada masyarakat yang baru dipenuhi 25 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Kondisi ini akan mengancam kehidupan masyarakat dan berpotensi menimbulkan masalah sosial.

English Translation

Jakarta - the clean water Management that at this time still was felt did not yet become the problem, it was estimated will become the social source of the instability in the next ten years, if being not applied by the good management. At this time several territories have in Indonesia experienced the water crisis, as the Javanese Island, because of clean efforts of conservation of water was not done maximally.

Several lands that ought to become the location of conservation of water were broken and could not undertake his function. That not to mention the upper problem of the fulfilment of the right clean water access to the community that just was filled 25 percent from all over the Indonesian inhabitants. This condition will threaten the life of the community and had the potential to cause the social problem.


Deputi Infrastruktur dan Fasilitas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suyono Dikun, seusai menghadiri acara Seminar Towards a Sustainable Development of Water dan Wastewater Management di Jakarta, Rabu (30/3) menyebutkan semua infrastruktur pendukung konservasi air mengalami penurunan yang sangat dahsyat. "Pengairan banyak yang rusak, kemudian biaya (yang dikeluarkan) juga sangat kecil untuk memperbaiki hal itu. Jadi kondisinya memang sangat kritis, dan perlu ada kebijakan yang sangat luar biasa untuk mengubah kondisi yang ada," jelasnya.

Air menjadi hal yang penting dalam masyarakat, sebab selain untuk air minum, air juga berfungsi pada sektor lain, terutama ketahanan pangan di bidang pertanian. Masalah yang terjadi di lokasi krisis air, seperti Pulau Jawa, adalah konservasi air yang tidak berfungsi. Pada musim hujan terjadi banjir sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan, hingga sejumlah lahan sawah gagal panen.

Mengenai krisi air yang mengancam Indonesia, Sekretaris Sumber Daya Air dari Kedutaan Besar Belanda Jaco Mebius menyatakan pemerintah Indonesia harus segera membuat kebijakan untuk mengantisipasi krisis air. Masyarakat Indonesia harus disadarkan mengenai kondisi air yang ada saat ini.

Menurutnya saat ini masyarakat Indonesia masih belum menyadari tentang krisis air yang sedang terjadi. Padahal sebenarnya krisis air dapat terlihat di lokasi yang padat penduduknya. Selain itu, krisis air bersih juga terlihat pada kualitas air yang dikonsumsi oleh warga.

Mengenai masalah ini Suyono Dikun menjelaskan pemerintah sendiri mengalami kesulitan yang cukup besar untuk memperbaiki masalah yang ada. "Masalahnya sudah sangat kompleks, seperti masalah pengadaan air minum, masalah irigasi. Pengadaan air minum saja bermasalah besar berantakan. Banyak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kita yang bermasalah, seperti finansial dan sebagainya. Jadi memang perlu ada langkah yang bagus," ujarnya.

Untuk memperbaiki infrastruktur air diperlukan dana yang cukup besar. Seluruh pembangunan dan perbaikan infrastruktur membutuhkan dana antara Rp 500 triliun hingga Rp 600 triliun. Sedangkan untuk pembangunan infrastruktur air saja, kira-kira dibutuhkan 25 persen dari jumlah tersebut.

''Pemerintah tidak memiliki dana sebesar itu untuk pembangunan infrastruktur air. Tetapi dengan melepas langsung kepada pihak lain juga akan menjadikan masalah yang baru. Jadi memang harus disiapkan mekanismenya," kata Suyono Dikun.