Wednesday, April 20, 2005

Pengungsi Korban Bencana Tsunami Kesulitan Air Bersih (Refugees of Tsunami Disaster experience clean water difficulties)

Source: Republika



Banda Aceh--RRI-Online, Ratusan warga pengungsi korban bencana alam tsunami yang kini menempati barak hunian sementara (huntara) di Desa Lapang Timu, Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), mulai mengalami krisis air bersih menyusul tersendatnya pasokan dari pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.

`Kami prihatin dengan kondisi seperti ini. Kami berharap Pemerintah Kabupaten Bireuen agar dapat mengatasi krisis air bersih ini dengan cara adanya suplai kontinyu dari instansi terkait yakni PDAM Krueng Peusangan, ` kata Ramli, salah seorang pengungsi di Bireuen, Rabu (20/4).

English Translation

Banda Aceh -- RRI-Online, Hundreds Of citizens of refugees of casualties of the tsunami natural disaster that currently occupies the temporary dwelling barracks (huntara) in the Open Timu Village, the Regency Bireuen the Province Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), began to experience the clean water crisis following tersendat him supplies from the side of the Company of the Area of the Drinking Water (PDAM) local.

'We were concerned with the condition like this.' We hoped the Bireuen Government of the Regency in order to be able to overcome this clean water crisis by means of the existence of the supply continued from the related agency namely PDAM Krueng Peusangan, 'said Ramli, one of the refugees in Bireuen, Wednesday (20/4).'


Karena krisis air bersih itu, tambahnya, para pengungsi yang tercatat sebanyak 95 Kepala Keluarga (KK) itu kini terpaksa memanfaatkan dua sumur sebagai sumber air yang layak dikonsumsi, meski harus berebutan untuk memperolehnya.

`Selama ini, truk tangki PDAM hanya masuk dua hari sekali untuk mensuplai air ke barak, sehingga tidak maksimal diperoleh secara merata oleh pengungsi. Truk penyuplai itu hanya mengisi separuh dari tangki tempat penampungan air yang ada di barak,` katanya.

Di barak huntara itu dihuni sekitar 400 jiwa pengungsi yang berasal dari sejumlah desa yang terkena dampak bencana tsunami, seperti dari Desa Ie Rhop, Lingka Kuta, Lapang Barat, Alue Mangki, serta Teupin Siron.

Sementara itu, persoalan air bersih juga dialami sejumlah barak huntara yang dibangun Pemerintah untuk menampung warga yang selamat dari bencana alam tsunami di Aceh Besar, seperti di kawasan Neuheun.

Seorang penghuni barak huntara di Neuheun, menjelaskan minimnya sumber air bersih itu menjadi salah masalah, sehingga banyak diantara pengungsi yang terpaksa pergi ketempat lain untuk mandi meski kadang-kadang harus menempuh perjalanan beberapa kilometer ke desa yang berdekatan dengan barak.

Abdullah, salah seorang penghuni barak huntara di kawasan Kajhu, Aceh Besar, mengatakan selain air bersih, kamar hunian juga dapat menimbulkan persoalan baru bagi pengungsi.

`Satu kamar di barak hunian itu ada yang dihuni oleh dua atau tiga KK. Itu membuat kami gelisah tinggal dibarak karena bisa berdampak sangat negatif terutama bagi masa depan anak-anak yang tinggal di barak,` katanya.