Wednesday, May 11, 2005

Meski Dirugikan, Konsumen tak Diberi Kompensasi, Pelanggan PDAM Kesulitan Air (No compensation given to PDAM customers experiencing water difficulty)

Source: Pikiran Rakyat




Pikiran Rakyat - 10 Mei 2005

BANDUNG, (PR).- Sejumlah warga yang selama ini menjadi konsumen dan pelanggan PDAM Kota Bandung mulai merasakan dampak pecahnya pipa transmisi Cisangkuy Lama milik PDAM di Jln. Raya Banjaran-Pameungpeuk, Kab. Bandung. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka terpaksa membeli dari pedagang keliling, minta ke tetangga, atau memanfaatkan air sumur.

Seorang konsumen PDAM, Ny. Lili Warliah, warga Buah Batu kepada "PR" mengungkapkan, selama dua hari (Minggu-Senin, 8-9/5) air PDAM tidak "ngocor" ke rumahnya. Kondisi tersebut menjadikan ia dan keluarganya kesulitan. "Kalau dalam tiga sampai empat hari tidak 'ngocor', kami akan kesulitan air mengingat tidak ada lagi sumber air selain dari PDAM," katanya.

English Translation

Bandung, (PR).-
Several citizens that uptil now became the consumer and the customer PDAM the Bandung City began to feel the impact of the outbreak of the transmission pipe Cisangkuy Old belonging to PDAM in Jln. Raya Banjaran-Pameungpeuk, Kab. Bandung. To satisfy the clean requirement for water, they be forced bought from the travelling salesman, asked to the neighbour, or made use of well water.

A PDAM consumer, Ny. Lili Warliah, the citizen the Stone to "PR" revealed, for two days (Sunday-Monday, 8-9/5) PDAM water not "ngocor" to his house. This condition made him and his family the difficulty. "If in three to four days not 'ngocor', we would the water difficulty considering there was again the source of water apart from PDAM," he said.


Hal senada diakui oleh Edi, warga Margahayu Raya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia harus membeli air bersih dari pedagang keliling. "Tidak ada jalan lain, untuk mendapatkan air selain membeli dari pedagang keliling. Ternyata, untuk mendapatkannya tidak mudah," katanya.

Edi mengungkapkan, untuk keperluan hari Minggu masih terpenuhi karena kebetulan masih ada sisa air di penampungan. Namun, begitu memasuki hari Senin (9/5), kesulitan mulai terasa. "Untuk antisipasi, kami membeli air dari pedagang keliling. Itu satu-satunya cara agar saya dan keluarga bisa masak, minum, dan mandi," kata Edi.

Tidak "ngocornya" air PDAM ke rumah konsumen, memaksa Rudi, seorang konsumen di Jln. Otista Bandung, memanfaatkan air sumur yang sudah lama tak dipakai untuk mandi. "Untung saja sumur kami masih ada airnya. Kalau tidak, keluarga kami tidak bisa mandi," katanya.

Ny. Lili dan Edi mengaku prihatin atas kejadian yang menimpa PDAM. Menurut mereka, seharusnya musibah itu bisa dicegah jika pihak PDAM melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin terhadap setiap fasilitas yang dimilikinya. "Kalau memang pipa mereka sudah tua, kenapa tidak dilakukan penggantian. Ini seolah-olah dibiarkan, kalau sudah terjadi pecah baru diganti," katanya.

Belajar dari itu, PDAM menurut Edi seharusnya mengantisifasi kemungkinan-kemungkinan yang merugikan konsumen seperti pecah pipa atau kebocoran pipa. Karena menurut Edi pada dasarnya PDAM seharusnya lebih mengutamakan kualitas pelayanan kepada para pelanggan dan konsumennya.

Seorang pelanggan, Ny. Emmy, warga Antapani berharap agar PDAM bertindak cepat sehingga kerugian konsumen karena tidak mendapatkan air bisa diminimalisir. "Kalau berlama-lama konsumen akan kesulitan dan akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat Kota Bandung," katanya.

Tanpa kompensasi

Meski menjadi pihak yang dirugikan, konsumen dan pelanggan dipastikan tidak akan mendapat kompensasi dari PDAM. Alasannya, peristiwa pecahnya pipa tersebut sebagai musibah yang tak dikehendaki.

"Kami tidak bermaksud merugikan konsumen. Kejadian ini tidak terduga sehingga kami tidak bisa berbuat banyak. Meski begitu, kami sudah berusaha maksimal dengan melakukan gerak cepat penggantian pipa yang pecah," kata Humas PDAM Kota Bandung, Meliana saat dikonfirmasi via telefon, Senin (9/5).

Lebih jauh Meliana menjelaskan, pecahnya pipa transmisi tersebut tidak semata faktor ketuaan, tapi juga ada faktor lain yakni padatnya kendaraan yang lalu-lalang dan banyaknya kendaraan berat lewat ke atas tempat pipa ditanamkan. "Memang sudah tua, namun masih layak pakai karena di tempat lain juga belum diganti," katanya.

Mengenai penggantian pipa lama, menurut Meliana, rencana itu sudah ada, namun tidak bisa dilaksanakan segera mengingat biaya yang dikeluarkan cukup besar. "Memang kita sudah ada program penggantian pipa, tapi belum bisa diprediksi waktunya karena saat ini sedang melakukan program penambahan debit air untuk memenuhi kebutuhan konsumen," katanya.

Sudah diperbaiki

Menyinggung upaya perbaikan pipa yang bocor, Meliana menyatakan, satu jam setelah kejadian, PDAM langsung melakukan perbaikan pipa dan pekerjaannya baru bisa selesai pada Minggu (9/5) malam. Dengan tuntasnya perbaikan itu, secara otomatis debit air yang semula turun sekira 700 liter per detik ke pengolahan air Badaksinga, kembali normal.

Meski begitu, Meliana mengakui, pasokan air ke konsumen belum normal dan di tempat-tempat tertentu air belum bisa ngocor. Belum normalnya pasokan air PDAM itu karena pola pendistribusian air berdasarkan gravitasi. Sehingga, yang pertama yang mendapatkan air adalah daerah yang kontur tanahnya rendah, seperti Buah Batu. Sedangkan, daerah yang kontur tanahnya tinggi seperti Margahayu Raya, Riung Bandung, Antapani dan lain-lain belum bisa teraliri.

"Saya tidak bisa memberikan persentase mengenai daerah yang sudah teraliri. Namun, yang jelas daerah yang konturnya rendah sudah lebih dulu teraliri dan kami optimistis pada Rabu (besok-red) semuanya sudah merata teraliri," ungkapnya.