Tuesday, May 31, 2005

Citarum River Polluted

Source: Pikiran Rakyat





SUNGAI Citarum dibebani pencemaran oleh banyaknya pabrik di Kabupaten Bandung. Pencemaran di sepanjang Sungai Citarum mencapai 220 ton setiap hari, 40 ton di antaranya disumbang oleh sektor industri.*AGUS ARDJITO/"PR"

English Translation

The Citarum RIVER is polluted by a number of factories in the Bandung Regency. Pollution all along the Citarum River reached 220 ton every day, 40 ton including being contributed by the sector of the industry.

Read more!(Selengkapnya)

Lambat, Penyelesaian Aset PDAM (Slow resolution for PDAM assets)

Source: Pikiran Rakyat




CIMAHI, (PR).-
Komisi B DPRD Kota Cimahi mendesak Pimpinan DPRD Kota Cimahi segera menindaklanjuti penyelesaian penyerahan aset PDAM Tirtaraharja Kab. Bandung dan relokasi pedagang kaki lima (PKL) Gandawijaya, karena Pemkot Cimahi dinilai kurang serius dalam menangani permasalahan itu sehingga penyelesaiannya berlarut-larut.

“Kami mendesak Pimpinan DPRD Kota Cimahi segera mem-follow up penyelesaian permasalahan tersebut dengan ekskekutif. Jangan sampai dibiarkan berlarut-larut. Padahal, rekomendasi dari hasil kerja komisi sudah disampaikan cukup lama, sehingga harus segera ditindaklanjuti,” kata Ketua Komisi B DPRD Kota Cimahi, Drs. H. Ade Irawan di Gedung DPRD Kota Cimahi, Jln. Gatot Subroto Cimahi, Senin (30/5).

English Translation

CIMAHI, (PR).-
the Commission B DPRD the Cimahi City urged the Management DPRD the Cimahi City immediately followed up the surrender resolution of PDAM Tirtaraharja Kab assets. Bandung and the relocation of the stallholder (PKL) Gandawijaya, because of Pemkot Cimahi was judged not more serious in handling the problem so as his resolution dragged on.

“Kami urged the Management DPRD the Cimahi City immediately mem-follow up this problem resolution with ekskekutif. Do not be left protracted. In fact, the recommendation has from results of the work of the commission been sent for quite a long time, so as must immediately ditindaklanjuti,” the Chairman's words of the Commission of B DPRD the Cimahi City, Drs. H. Ade Irawan in the Building DPRD the Cimahi City, Jalan.Gatot Subroto Cimahi, Monday (30/5).


Menyinggung soal penataan PKL Gandawijaya, menurut Ade, pemerintah tentunya harus segera menertibkan dan merelokasinya ke tempat yang tidak mengganggu ketertiban umum. Karena, setelah memanggil berbagai pihak, baik para pemilik toko atau PKL Gandawijaya, mereka meminta pemerintah segera merelokasi PKL yang jumlahnya sekira 750 orang itu, ke tempat lain. Selain mengganggu kenyamanan para pemilik toko, keberadaan PKL menganggu ketertiban umum.

“Jadi, pemerintah semestinya segera mencari tempat alternatif untuk segera merelokasi PKL. Tentunya, upaya itu dilakukan selain untuk menegakkan ketertiban umum juga menata wajah Kota Cimahi,” tuturnya.

Aset PDAM

Selain penyelesaian PKL, menurut Ade, Pemkot Cimahi hendaknya segera menyelesaikan penyerahan aset PDAM Tirta Raharja Kab. Bandung. Padahal, berdasarkan aturan, aset tersebut harus sudah diserahkan selambat-lambatnya setahun setelah pembentukan Kota Cimahi pada 2001. Namun, hingga saat ini, penyerahannya belum juga terealisasi.

Terhambatnya penyerahan aset PDAM itu merugikan Kota Cimahi. Sebab, keuntungan yang seharusnya menjadi hak Kota Cimahi akhirnya masih dikuasai oleh Kab. Bandung. Padahal, laba 2004 seharusnya diterima Cimahi sekira Rp 1,7 miliar.

“Karenanya, kami minta Pimpinan DPRD Kota Cimahi segera menindaklanjuti penyerahan aset PDAM Tirtaraharja Kab. Bandung ke Kota Cimahi. Untuk mendukung upaya tersebut, Komisi B siap mendukung pembentukan pansus,” kata Ade.

Secara terpisah, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Cimahi, Drs. Ace Hermawan mengatakan, Pemkot Cimahi saat ini terus melakukan upaya penertiban PKL di sejumlah titik di Kota Cimahi. Namun, soal keberadaan PKL Gandawijaya, hal itu masih dalam pembahasan, di antaranya mencarikan tempat relokasi.

“Namun demikian, target kami, 2005 ini PKL Gandawijaya sudah ditertibkan. Tapi sampai saat ini, masalah tersebut masih dalam pembahasan,”ujarnya. (A-136) ***

Read more!(Selengkapnya)

Persawahan di Rancaekek Tercemar Limbah Beracun (Rice cultivation in Rancaekek Polluted by Poisonous Waste)

Source: Pikiran Rakyat



Produksi Padi Turun Drastis, dari 7 Ton/ha Menjadi 2 Ton/ha

BANDUNG, (PR).-
Ratusan hektare sawah di empat desa di Kec. Rancaekek Kab. Bandung terindikasi mengandung bahan-bahan kimia beracun dan logam berat (B3), sehingga menurunkan produksi dan kualitas padi. Pencemaran terjadi karena para petani menggunakan Sungai Cikijing yang telah tercemar limbah industri tekstil sebagai sumber pengairan bagi pertanian mereka.

Kondisi itu terungkap dalam rapat kerja Tim Gabungan Komisi A, D, dan B DPRD Jabar dengan instansi terkait di Provinsi Jabar, yakni BPLHD, Dinkes, Distambang, PSDA, dan Satpol PP, di ruang Panmus DPRD Jabar, Senin (30/5).

English Translation

The production of Rice descended Drastic, from 7 Ton/ha To 2 Ton/ha

Bandung, (PR).-
Hundreds hectare the paddy-field in four villages in Kec. Rancaekek Kab. Bandung terindikasi contained poisonous chemicals and heavy metal (B3), so as to reduce the production and the quality of rice. Pollution happened because of the farmers made use of the Cikijing River that was most polluted the waste of the textile industry as the source of the irrigation for their agriculture.

The condition was expressed in Tim's working meeting the Combination of the A Commission, D, and B DPRD West Java with the related agency in the West Javanese Province, namely BPLHD, Dinkes, Distambang, PSDA, and Satpol PP, in space of Panmus DPRD West Java, Monday (30/5).


Menurut penelitian dari Pusat Penelitian Pengembangan Tanah dan Agroklimat sejak 2001, yang dipaparkan tim dari BPLHD maupun PSDA, tanah di persawahan Kec. Rancaekek mengandung natrium (Na) dengan konsentrasi tinggi yaitu 2,03-12,97 me/100g tanah. Sebagai perbandingan, kadar Na dalam tanah yang tidak tercemar limbah industri tekstil hanya 0,42 me/100g tanah. Selain Na, unsur logam berat pencemar lainnya yang terdeteksi adalah Hg, Cd, Cr, Cu, Co, dan Zn.

"Lokasi persawahan yang tercemar terletak di empat desa, yakni Desan Linggar, Babakan Jawa, Bojong Loa, dan Jelegong. Luasnya sekira 400 hektare. Produksi gabah yang biasanya mencapai 6-7 ton/ha setiap panen, kini turun hanya 1-2 ton/ha. Itu pun dengan kualitas yang buruk," kata staf sarana teknologi lingkungan BPLHD Jabar, Ratno Sardinata.

Ia mengungkapkan, pencemaran di sepanjang Sungai Citarum mencapai 220 ton setiap hari. "Sebanyak 40 ton di antaranya disumbang oleh sektor industri. Nah, dari 40 ton limbah industri yang mencemari Citarum itu, 20% atau 5,6 ton disumbang dari Kec. Rancaekek yang dialiri Sungai Cikijing dan bermuara ke Citarum," ujarnya.

Dari jumlah 5,6 ton itu, sumbangan limbah terbesar datang dari pabrik tekstil terbesar yang ada di wilayah Kec. Rancaekek. "Pabrik itu menyumbang limbah sebanyak 300 liter/detik dari keseluruhan limbah industri di kecamatan tersebut sebanyak 759 liter/detik," kata Ratno.

Disebutkan pula, sejauh ini memang belum ada penelitian yang menunjukkan kandungan merkuri dalam sungai yang tercemar limbah industri. "Namun, yang pasti sudah ada kandungan chrome yang juga termasuk kategori logam berat berbahaya," tuturnya.

Dibentuk pansus

Ketua Tim Gabungan DPRD Jabar Yazid Salman seusai pertemuan menegaskan, DPRD Jabar akan segera menindaklanjuti hasil rapat kerja tersebut. "Sebelumnya kami juga sudah melakukan kunjungan langsung ke lapangan. Berdasarkan laporan dan pengaduan para petani setempat, produksi panen mereka memang terus merosot. Ironisnya, mereka sendiri tidak mau mengonsumsi padi hasil panen mereka sendiri, karena takut tercemar dan lebih memilih menjualnya. Untuk makan sendiri, mereka membeli beras ke tempat lain."

Pihaknya juga mendapatkan laporan penelitian serupa dari salah seorang peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB). "Bahkan, dari penelitiannya, limbah di Rancaekek itu sudah mengandung merkuri. Ini yang akan kami kaji lebih lanjut. Bahkan, untuk mempertegas nilai politis menyikapi persoalan ini, DPRD Jabar akan membentuk Pansus Penyelesaian Limbah Industri di Rancaekek," kata Yazid.

Langkah pertama, pihaknya juga akan mengundang para pemilik industri serta para petani yang terkena dampak limbah. "Ini persoalan lama yang sebetulnya sudah diikat perjanjian, namun tampaknya ada yang tidak konsisten melakukan komitmen. Tapi, yang terpenting kehadiran limbah yang sudah kasat mata itu benar-benar membahayakan kesehatan," tegasnya.(A-64)***

Read more!(Selengkapnya)

Jambi faces water shortage

Source: The Jakarta Post



JAMBI, Jambi: Water company PDAM Tirta Mayang has not supplied water to four of the city's 10 districts for three days.

Some 400,000 residents have been affected by the shortage, forcing them draw water from wells on the outskirts of the city.

"We have to find clean drinking water on the city's outskirts because we can't afford to buy bottled mineral water," Rahman, a resident, said on Monday.

PDAM Tirta Mayang spokesman Yusnidar said the company had been forced to reduce production from the usual 900 liters per second to 600 liters per second due to the low level of Batanghari River. "The tap water distribution will return to normal in a few days," she said. -- JP

Read more!(Selengkapnya)

Monday, May 30, 2005

Drought begins to affect C. Java

Source: The Jakarta Post



DEMAK, Central Java: Drought-like conditions have been reported in Demak regency, Central Java in the past few weeks, sparking fear of an imminent harvest failure.

Sutikno, a farmer in Waru subdistrict here, said he had hoped to harvest his rice next month, but without rain, he would suffer harvest failure. While Sutikno was desperately waiting for rain, other farmers have already decided to replace their rice crops with secondary crops, normally planted during the dry season.

Chief of Central Java's Meteorology and Geophysics Agency (BMG) in Semarang, Widada Sulistya, said that drought-like conditions began in eastern parts of Central Java in April and it would begin to affect the entire province by June.

Read more!(Selengkapnya)

Friday, May 27, 2005

Ribuan Warga Belum Nikmati Air Bersih (Thousands of citizens do not yet enjoy Clean Water)

Source: Suara Pembaruan



Suara Pembaruan - 26 Mei 2005

TANGERANG - Sebanyak 60.000 warga di Kabupaten Tangerang, terutama yang bermukim di wilayah utara, belum bisa menikmati air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR). Belum terpenuhinya kebutuhan air bersih tersebut karena PDAM belum memiliki jaringan pipa.

"Kami belum bisa memenuhi permintaan yang cukup banyak karena keterbatasan jaringan," ujar Anda Suhanda, Kepala Bagian Humas dan Pelayanan PDAM TKR Kabupaten Tangerang kepada Pembaruan, Senin (23/5).

English Translation

Suara Pembaruan - May 26 2005

Tangerang - Totalling 60,000 citizens in the Tangerang Regency, especially that settled in the north territory, was not yet able to enjoy clean water from the regional Company of the Kerta Raharja Water Drinking Water (PDAM TKR). That not yet the fulfilment of the requirement for this clean water because of PDAM did not yet have the network of the pipe.

"We were not yet able to comply with the request that enough because of the limitations of the network", said you Suhanda, the Division Head public relations and the Service of PDAM TKR the Tangerang Regency to Reform, Monday (23/5).


Menurut Anda, warga yang belum menikmati air bersih memang harus menunggu, karena saat ini PDAM masih melakukan perbaikan dan pergantian pipa-pipa yang sudah tua, yang selama ini menyuplai air ke 33.000 pelanggan, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tangerang. "Perbaikan pipa itu untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang banyak dikeluhkan pelanggan. Kami belum bisa menargetkan kapan perbaikan atau penggantian jaringan pipa tersebut selesai. Sampai saat ini, kami terus melakukannya," ujarnya.

Anda mengatakan, pipa-pipa jaringan itu harus diperbaiki atau diganti karena kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk dipakai lagi.

"Sudah tua, sehingga sudah keropos. Kondisi ini sangat mempengaruhi aliran air yang masuk ke para pelanggan," kata Anda.

Ia menjelaskan, pemenuhan air bersih untuk ribuan warga yang tersebar di Kabupaten Tangerang pasti akan dilakukan PDAM TKR, meski waktunya belum pasti.

"Karena hal tersebut sudah merupakan bagian dari rencana kami. Kami akan mengupayakan bisa melayani dan memenuhi kebutuhan air untuk warga," ujarnya.

Read more!(Selengkapnya)

Palyja to issue Rp 700b of bonds

Source: The Jakarta Post



JAKARTA: Water company PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) plans to issue Rp 700 billion (US$74 million) in fixed-rate bonds in June to refinance debts and strengthen its working capital.

In a statement released on Thursday, the company said that the rupiah-denominated bonds would have between two and seven years maturity periods. Indicative coupons range from 11.75 percent per annum to 13.625 percent.

The proceeds would be used to repay $36 million of syndicated loans from Calyon Merchant Bank Asia Ltd. Singapore and $20 million in loans from European Investment Bank Ltd., Palyja said in the statement.

The rest of the funds would be used to strengthen its working capital and expand its business.

Palyja serves clean water to customers in the western part of Jakarta. According to the company, net profit last year reached Rp 115 billion, more than triple that of 2003. -- JP

Read more!(Selengkapnya)

West Java govt to offer $16b worth of projects

Source: The Jakarta Post




Zakki P. Hakim, The Jakarta Post, Jakarta

Although the recent Indonesian Infrastructure Summit has yet to bear significant results, the West Java administration is set to hold a similar summit in August to offer some 50 infrastructure projects worth a staggering Rp 150 trillion (US$15.8 billion).

West Java governor Danny Setiawan said his province actually needed at least Rp 200 trillion of investment in infrastructure for its economy to grow by 8 percent in the next five years from the current rate of around 5 percent.

"We need such growth to cut our unemployment rate and alleviate poverty in our province," Danny told a press conference on Thursday.

West Java, home of 39.14 million people, has now 2.4 million people unemployed and 10 million living under the poverty line.

The province had abundant business opportunities in the areas of agriculture, marine industries, tourism, manufacturing, trade and services and human resources, but he said lack of infrastructure was discouraging investment in these sectors.

Therefore, the West Java Infrastructure Summit, to be held in Bandung on Aug. 18-19, would offer projects in sectors such as toll roads, power, airports, seaports, water supply and waste management.

Aside from holding the summit, the governor would also undertake a road show promoting the projects to China and European Union member countries in July.

The projects include building an international airport in Kalijati subdistrict in Majalengka regency -- about three hours drive south of the province's capital city of Bandung-- and a marine harbor in Majalengka's neighboring town of Cirebon.

The Summit would also offer a tap water supply project in Bandung regency worth Rp 100 billion with a rate of return of 21 percent, as well as similar other water treatment projects in other locations within the province with an average return of 20 percent.

The governor also said that the province suffered from a shortage of electricity, having its power supplied from Paiton Energy in East Java. "We need alternative power supplies in the province, be it be sourced from coal, water or geothermal," he said.

He, however, could not give a clear answer on why the province needed to hold a separate event from the series of summits the central government conducted.

The central government held the first infrastructure summit in January offering 91 infrastructure projects worth $22.5 billion that spanned the archipelago. The government is slated to hold another summit offering a second batch of projects worth $57.5 billion.

Although the January event was relatively successful in promoting Indonesia and the projects, foreign investors were still somewhat reluctant to actually take up the offers.

The general attitude of the participants was that they would wait and see when the government would fulfill its promise to enact 11 government regulations and three presidential decrees as the legal basis for the projects.

Danny said he had pledged together with regents and majors in the provinces to do their best in facilitating investment in West Java.

For a start, he vowed that he would slash the time needed to start a business in the province from 154 days at present, to only 30 days in accordance with the central government's target.

Read more!(Selengkapnya)

Wednesday, May 25, 2005

Kucuran air hanya bisa dinikmati mulai pukul 24.00, PAM kecewakan warga Jakarta Utara (PAM disappoints citizens of Jakarta North)

Source: Harian Terbit



Harian Terbit - 24 Mei 2005

JAKARTA - Warga di sejumlah lokasi rawan air bersih di Jakarta Utara seperti di Kecamatan Penjaringan kecewa dengan kualitas air PAM yang buruk bahkan tak layak dikonsumsi. Kucuran air yang diterima masyarakat dari dua perusahaan air minum PT Times Pam Jaya dan PT Palija hanya bisa dinikmati mulai pukul 12 malam. Itupun volumenya sangat rendah. Terkadang kualitas air yang diterima warga juga berwarna coklat kehitam-hitaman dan terkadang tercampur tanah dan lumpur.

"Terus terang, kita kecewa dengan pelayanan yang diberikan. Warga di Penjaringan hanya bisa menikmati air mulai pukul 12 malam, sementara di siang hari PAM mati samasekali," kata Camat Penjaringan Sulistianto pada dialog interaktif di Kecamatan Penjaringan, kemarin.

English Translation

Jakarta - the Citizen in several locations of clean water of the danger in Jakarta North like in the Netting Subdistrict was disappointed with the quality of Pam's water that bad even not suitable was consumed. Kucuran water that was accepted by the community from two drinking water companies of PT Times Pam Jaya and PT Palija could be only enjoyed began struck 12 nights. That too his volume was very low. Occasionally the quality of water that was accepted by the coloured also citizen blackish chocolate and occasionally were mixt the land and mud.

"Frankly, we were disappointed with the service that was given." The citizen in the Netting only could enjoy water began struck 12 nights, while during the day Pam died samasekali, said the Sub-district Head the Sulistianto Netting in the interactive dialogue in the Netting Subdistrict, yesterday.


Menanggapi keluhan warga ini, anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta, Vieky Very Ponto, yang hadir pada dialog itu menegaskan bahwa pihaknya sudah sering menerima keluhan warga semacam ini.

"Jika masyarakat terus dirugikan dengan pelayanan air bersih oleh kedua perusahaan ini, masyarakat bisa memutuskan mitra (berlangganan) dengan perusahaan yang seringkali mengecewakan ataupun sering melakukan kesalahan."

DPRD, katanya, sejauh ini sedang membuat Pansus (Panitia Khusus) guna merealisasikan dan menindaklanjuti keluhan masyarakat tentang hal ini. Menurut Vieke, masyarakat harus bersikap kritis dan jangan pasrah terhadap pelayanan perusahaan yang jelas-jelas mengecewakan.

Keluhan serupa juga terjadi di Kelurahan Kali Baru Jakarta Utara. "Jangankan untuk diminum, bahkan untuk MCK saja, terkadang kita harus menyaring lagi," kata Usman, warga Kali Baru, kemarin.

Kekecewaan masyarakat ini cukup beralasan, apalagi tarif air PAM setiap bulan yang harus mereka bayar terus membengkak. "Bayangkan saja, setiap bulan tak kurang dari Rp150.000 uang saya keluarkan untuk membayar tarif PAM. Tapi yang kita dapatkan justru tak sesuai dengan kualitas air yang diberikan."

Menanggapi hal ini, sebelumnya External Relation and Communication Direktor PT TPJ Rhamses Simanjuntak mengakui buruknya kualitas air yang diterima masyarakat.

Perusahaan ini memproduksi air secara fluktuatif akibat tingginya tingkat kekeruhan (turbidity) air baku yang diterima dari Perum Jasa Tirta II dan rendahnya kualitas air yang diterima.

Menurutnya, air baku untuk pengolahan air TPJ yang bersumber dari Waduk Jatiluhur dialirkan melalui kanal terbuka sepanjang 70 km melintasi sejumlah sungai di daerah hulu (Purwakarta, Karawang, Cikarang, Cibinong, Bekasi, Citeureup dan Cibubur). Sepanjang Kali Bekasi, Kali Cibeet dan Kali Cikarang serta masuk Tarum Kanal Barat ( Kali Malang) tempat air baku Jatiluhur disalurkan menuju Jakarta.

Lintasan sejumlah sungai ini, katanya, memungkinkan terjadinya polusi akibat limbah rumah tangga maupun industri yang bermuara ke kanal terbuka ini. Air baku ini, katanya, cenderung menurun kualitas dan kuantitas dalam musim kemarau karena adanya tumpukan sampah dan limbah yang mencemari air dipermukaan.

Kecuali itu, katanya, berkurangnya curah hujan juga menyebabkan turunnya permukaan air sungai dan berpangaruh pada suplai air baku dari Perum Jasa Tirta II (PJT2) ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) TPJ sehingga mengakibatkan air yang diolah dan didistribusikan ke pelanggan menjadi berkurang.

Read more!(Selengkapnya)

Plus-Minus Teknologi Penjernih Air (Plus-Minus of Water Purification Technology)

Source: Suara Pembaruan



Suara Pembaruan - 24 Mei 2005

MAJU kena mundur kena. Seperti itulah mutu air di Negeri ini. Bayangkan di musim hujan misalnya, air di berbagai sungai di Jakarta atau kota-kota lainnya terlihat sangat keruh. Lumpur dan erosi dari segala penjuru masuk ke sungai.

Begitu juga di musim berikutnya, kemarau. Air yang menyusut itu malah jauh lebih kotor lagi. Masyarakat dan industri sama-sama membuang limbah ke sungai. Jadilah air sungai tersebut kotor, bau, dan menyimpan aneka penyakit.

Semakin berat air itu tercemar kian mahal pula proses pengolahannya. Artinya, untuk air yang tidak terlalu keruh, pengolahan dapat dilakukan dengan proses penyaringan sederhana, bisa dilakukan individu maupun komunal.

English Translation

Advance be hit by retreated be hit by. Like that the quality of water in this Country. Imagined in the rain season for example, water in various rivers in Jakarta or cities other was seen very turbid. Mud and the erosion from all the corners entered the river.

Even so in the following season, dry. Water that shrank that was even far more again dirtier. The community and the industry together threw the waste to the river away.
Be this river water was dirty, was smelly, and kept various illnesses.

It was increasingly heavy that the water was most polluted increasingly also expensive the process of his processing. Meaning that, for water that was not too turbid, the processing could be carried out with the process of the simple screening, could be done by the individual and communal.


Jika kekeruhan cukup tinggi diperlukan unit penjernih yang memerlukan bahan kimia. Setelah melalui tangki penjernih, lalu disaring dengan sistem saringan pasir lambat atau cepat, tergantung kebutuhan.

Proses pengolahan air keruh dengan penyaringan mempunyai keunggulan, murah dalam pemeliharaan dan perawatan, serta teknologinya cukup sederhana. Teknologi ini banyak dipakai di pedesaan.

Persoalan yang sering dihadapi berupa buntunya saringan pasir. Namun, dengan perkembangan baru, sistem saringan diubah dan proses pemeliharaan dapat menjadi lebih sederhana dan murah.

Teknologi Saringan Pasir Lambat (Sarpalam) yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah tipe konvensional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow).

Kelemahannya, jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci. Setelah bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cukup banyak.

Hal inilah yang sering menyebabkan Sarpalam kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan. "Dengan demikian, agar beban Sarpalam tidak telalu besar, perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan up flow dengan media berikil atau batu pecah, dan kuarsa atau silika," imbau Arie Herlambang.

Selanjutnya dari bak saringan awal, air dialirkan ke bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas (up flow). Air yang keluar dari bak saringan pasir tersebut merupakan air olahan dan dialirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa.

Jika saringan telah jenuh dan buntu dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka keran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir dapat berfungsi sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian, pencucian media penyaring pada Sarpalam up flow dilakukan tanpa mengeluarkan atau mengeruk media penyaringnya dan dapat dilakukan kapan saja.

Keunggulannya, pencucian media saringan (pasir) relatif mudah, serta hasilnya sama dengan saringan pasir konvensional. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Untuk merancang Sarpalam, beberapa kriteria perencanaan yang harus dipenuhi, antara lain kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih besar, perlu dilengkapi dengan bak pengen-dap dengan atau tanpa bahan kimia.

Lalu, tinggi lapisan pasir 70-100 cm, tinggi lapisan kerikil 25-30 cm, tinggi muka air di atas pasir 40-120 cm, tinggi ruang bebas antara 25-40 cm, diameter pasir kira-kira 0,2-0,4 mm, dan jumlah bak penyaring minimal dua buah.

Salah satu contoh unit pengolahan air dengan Sarpalam telah dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa Barat dengan kapasitas 100 m3/hari. Air baku yang digunakan adalah air dari saluran irigasi sekunder.

Air sungai dialirkan secara garvitasi melalui banguan penyadap ke dalam bak penenang pertama. Selanjutnya, air itu mengalir ke bak saringan awal dengan arah aliran dari bawah ke atas (up flow) dengan kecepatan pengaliran 16 m3/m2 hari.

Air hasil penyaringan dialirkan ke bak penenang kedua dan selanjutnya masuk ke bak saringan pasir kedua sistem aliran up flow dengan kecepatan penyaringan 5 m3/m2 hari. Air hasil penyaringan kedua tersebut ditampung di dalam bak air bersih, selanjutnya dialirkan ke kontaktor khlorine dan dialirkan ke konsumen.

Menurut Arie, keunggulan Sarpalam up flow adalah proses pengolahan yang sederhana, tidak mudah buntu, serta mudah dalam pembersihan dan perawatan. Kelemahannya, unit ini hanya bisa mengolah air dengan kekeruhan rendah. Jadi, jika kekeruhannya tinggi, memerlukan bantuan tangki penjernih sebelum air masuk ke dalam Sarpalam.

Read more!(Selengkapnya)

Pencurian Air Terkait Soal Kependudukan (Water theft demographics)

Source: Kompas



Kompas - 23 Mei 2005

Jakarta, Kompas - Pencurian air bersih yang didistribusikan dua perusahaan asing mitra Perusahaan Air Minum DKI Jakarta, yaitu PT PAM Lyonnaise Jaya dan PT Thames PAM Jaya, dipastikan terus berlangsung. Sebab, di Jakarta masih dihadapkan pada masalah sosial dan kependudukan yang makin tak teratasi.

"Pencurian air bersih itu berawal dari tuntutan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Sementara dari jaringan-jaringan air bersih tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut," kata anggota Badan Regulator Air Minum PAM Jaya, Riant Nugroho, Sabtu (21/5).

Menurut Riant, upaya menelusuri kemudian memutus sambungan-sambungan liar terhadap saluran distribusi air bersih memang patut dilakukan. Akan tetapi, akar persoalan berupa tuntutan kebutuhan masyarakat itu juga harus dapat dipenuhi.

English Translation

Jakarta, Kompas - the Theft of clean water that was distributed by two foreign companies the partner the Special Capital District of Jakarta Drinking Water Company, that is PT Pam Lyonnaise Jaya and PT Thames Pam Jaya, it was confirmed continued to take place. Because, in Jakarta still was aimed in the social problem and demography that increasingly was not overcome.

The "theft of the clean water started from the demand of the community that did not get clean water." Now from networks of clean water could not fill this demand, said the member the Regulator's Body the Drinking Water of Pam Jaya, Riant Nugroho, on Saturday (21/5).

According to Riant, efforts investigated afterwards interrupted wild continuations against the distribution channel of clean water quite fair was done. But, the problem root took the form of the demand of the requirement for the same community had to be able to be filled

Riant menduga, selain di wilayah Pejagalan, Jakarta Utara, masih banyak di tempat lain yang membuka saluran liar untuk mencuri air bersih itu. Di antaranya, Riant menduga di wilayah sekitar jembatan Tomang, Jakarta Barat, ada saluran liar terhadap pipa distribusi air bersih PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja).

Adanya masalah sosial dan kependudukan yang menimbulkan pencurian air bersih itu di antaranya akibat pembiaran terhadap warga yang menempati tanah negara bukan untuk permukiman. Pencurian yang sering dilakukan tidak hanya terhadap persediaan air bersih, tetapi juga listrik.

Instansi pemerintah yang berwenang hendaknya didorong untuk mengurus persoalan sosial dan kependudukan yang ada sekarang. Selanjutnya, menurut Riant, instansi pemerintah didorong pula untuk meninjau kembali kontrak kerja sama PAM Jaya dengan dua mitra perusahaan asing, PT Palyja dan PT Thames PAM Jaya (TPJ), di antaranya untuk makin menunjang pembukaan jaringan air bersih seluas-luasnya.

"Kalau jaringan air bersih itu menjangkau setiap warga yang membutuhkan, tak perlu ada pencurian-pencurian lagi," kata Riant.

Riant juga menyinggung masalah ketersediaan air baku untuk keperluan PAM Jaya. Saat ini masalah ketersediaan air baku untuk Jakarta makin diimpit berbagai kendala.

Ketersediaan air baku dari Waduk Jatiluhur, menurut Riant, hingga kini akan terus berkurang dengan adanya pengurangan debit air itu untuk irigasi di sepanjang saluran tersebut. Selanjutnya, ketersediaan air baku dari Sungai Cisadane, Tangerang, akan makin terhambat dengan kebutuhan warga Tangerang sendiri yang terus meningkat.

"Masalah sosial harus diselesaikan terlebih dahulu. Kalau tidak, kondisi ketersediaan air bersih di Jakarta akan membahayakan," kata Riant.

Read more!(Selengkapnya)

Monday, May 23, 2005

PDAM Bebaskan Tarif Air Bersih Masjid (PDAM releases Mosque from clean water tariff)

Source: Republika

Republika - 21 Mei 2005




TASIKMALAYA -- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, mulai Juni 2005, akan membebaskan bea bayar air bagi puluhan masjid di Kota dan Kabupaten Tasik. Untuk tahap awal, PDAM baru akan membebaskan masjid-masjid yang ada di ibu kota kecamatan.

''Rencana ini, sebenarnya sudah lama kami rancang. Namun, kami baru akan merealisasikan mulai pembayaran Juni nanti. Untuk tahap awal, kami baru akan membebaskan beberapa masjid saja seperti Masjid Agung Tasikmalaya dan Masjid Agung Singaparna,'' kata Direktur Utama PDAM, Drs H Tjetjep Koeswaya, kepada Republika, Jumat (20/5).

Dikatakan Tjetjep, hingga saat ini, pihaknya masih merasa kesulitan untuk mendata masjid-masjid yang ada di ibu kota kecamatan. Pasalnya, bisa saja masjid-masjid tersebut belum terlintasi pipa PDAM atau ada juga yang sudah terlintasi jaringan pipa, tapi tidak menggunakan air PDAM.

English Translation

Tasikmalaya -- the regional Company of the Drinking Water (PDAM) Water Sukapura the Tasikmalaya Regency, from June 2005, will release the duty paid water for dozens of mosques in the City and the Tasik Regency. For the beginning stage, PDAM just released available mosques in the capital of the subdistrict.

This plan, in fact for a long time has been drafted by us. However, we just will bring about began payment this coming June. For the beginning stage, we just released several mosques like the Great Tasikmalaya mosque and the Great Singaparna mosque, said the PDAM Managing Director, Drs H Tjetjep Koeswaya, to Republika, Friday (20/5).

Said by Tjetjep, till at this time, his side was still feeling the difficulty of collecting data on available mosques in the capital of the subdistrict. His article, could these mosques were not yet crossed the PDAM pipe or was also that has been crossed by the network of the pipe, but did not make use of PDAM water.


Diakui Tjetjep, dalam menjalankan program tersebut, pihaknya mengalami kesulitan. Penyebabnya, banyak masjid yang ternyata tidak menggunakan jasa air PDAM. Malah, sambung dia, masjid-masjid yang ada di wilayah Kota Tasik pun tidak semuanya menggunakan jasa PDAM.

''Karenanya, kita masih terus mendata dan menginventarisasi masjid-masjid yang memakai jasa PDAM dan masjid yang dilintasi pipa PDAM,'' katanya menjelaskan.

Menurut Tjetjep, selama ini, masjid-masjid yang menggunakan jasa PDAM dimasukkan pada klasifikasi tarif sosial. Tarif untuk katagori sosial itu, ungkap dia, Rp 430 per meter kubik. Namun, setiap ada kenaikan tarif, klasifikasi sosial tidak mengalami kenaikan. ''Jadi, meski yang lainnya naik, untuk kelompok sosial tetap tidak mengalami kenaikan,'' cetusnya.

Salah seorang pengurus Masjid Al'Iklas di Kampung Benda, Kelurahan Cikalang, Kecamatan Tawang, Kota Tasik, H Aip Fahrudin, menyambut baik rencana itu. Namun, dia berharap, PDAM jangan mengklasifikasi masjid berdasarkan ibu kota kecamatan. Pasalnya, ada masjid yang berada di lingkungan RW atau kampung, tapi jumlah jamaahnya mampu mengalahkan masjid yang ada di ibu kota kecamatan.

''Saya kira PDAM harus melihat dari sisi jamaahnya. Karena, kalaupun masjidnya besar, tapi jamaahnya sedikit, bagaimana? Tapi intinya kami menyambut baik rencana itu asal diberlakukan secara adil dan atas dasar kapasitas pemakaiannya,'' katanya menjelaskan.(epe )

Read more!(Selengkapnya)

PAM Jaya Akui Tidak Mampu Bayar Utang Rp 1,6 Triliun (PAM Jaya acknowledges that it can't pay Rp. 1.6 trillion debt)

Source: Kompas




Kompas - 21 Mei 2005

Jakarta, Kompas - Pengelolaan air bersih di Jakarta yang dilakukan secara monopoli ternyata tak mampu mendatangkan keuntungan bagi Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM Jaya). Perusahaan air itu bahkan mengaku tak mampu membayar utang Rp 1,6 triliun kepada pemerintah pusat.

Hal itu terungkap dalam rapat kerja antara direksi PAM Jaya dan Komisi A DPRD DKI Jakarta, Jumat (20/5). Dalam rapat kerja itu, direksi PAM Jaya mengajukan draf penyempurnaan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 1993 tentang Pelayanan air Minum.

English Translation

Jakarta, Kompas - the clean water Management in Jakarta that was done in a manner the monopoly evidently could not import the profit for the Greater Jakarta Drinking Water Company (Pam Jaya).The water company in fact admitted to be able to not pay the Rp debt 1,6 trillion to the government of the centre.

That was expressed in the working meeting between the management Pam Jaya and the Commission of A DPRD Special Capital District OF Jakarta, on Friday (20/5). In the working meeting, the management Pam Jaya put forward the draft of the finishing of the regional Regulation (Regional Regulations) the number 11 1993 about the drinking water Service.


Direktur Teknik dan Operasional PAM Jaya Kris Tetuko menjelaskan, selama ini PAM Jaya hanya bisa membayar bunga utang, sementara utang pokok belum berkurang. Utang pokok yang ditanggung PAM Jaya sebesar Rp 770 miliar. Namun, utang itu membengkak menjadi Rp 1,6 triliun karena terkena denda dan bunga.

Utang dari pemerintah pusat, menurut Kris, terjadi sejak tahun 1975 untuk membangun instalasi penjernihan air di Pulo Gadung, Buaran I dan II, jaringan pipa induk, serta distribusi senter.

Dalam rapat kerja itu, anggota Komisi A menyoroti buruknya kinerja PAM Jaya dan dua mitra asingnya, PT Thames PAM Jaya (TPJ) dan PT PAM Lyonaise Jaya (Palyja).

Inggard Joshua, anggota Komisi A, mengatakan, ada kesalahan pengelolaan di tubuh PAM Jaya. Selama ada kerja sama dengan mitra swasta, perusahaan itu terus merugi dan banyak utang. "Jangan sampai beban utang ini terus-terusan dibebankan ke masyarakat," kata Inggard.

Dalam pertemuan itu, PAM Jaya meminta agar anggota DPRD DKI segera membahas draf penyempurnaan Perda No 11/1993. Alasannya, supaya perda itu tidak kontradiktif dengan perjanjian kerja sama yang sedang dibuat dengan mitra swasta.

Namun, anggota DPRD malah meminta PAM Jaya memberikan draf perjanjian kerja sama terlebih dulu kepada Komisi A. "Kita harus tahu dulu apa isi kerja sama dengan mitra swasta. Jangan sampai isi kerja sama itu merugikan rakyat," kata Sitinjak, Sekretaris Komisi A.

Kesulitan air

Menyusul dilakukannya pemutusan sambungan liar bagi warga yang bermukim di kolong tol sehari sebelumnya, kini warga mulai merasakan kesulitan memperoleh air bersih. Dalam pengamatan Kompas, memang masih ada sebagian warga yang mendapatkan saluran air bersih, tetapi sebagian besar tidak lagi mendapat sambungan.

Untuk itu, warga harus berlangganan air pikulan yang harganya Rp 1.000 untuk dua jeriken. Beberapa WC umum di kolong tol permukiman liar di Pejagalan itu kemarin juga tampak tidak lagi menerima aliran air bersih dari pipa paralon yang terpasang.

Namun, kata Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Metropolitan Penjaringan Inspektur Satu Jamaluddin, sejauh ini tidak terjadi gejolak berarti. (ind/NAW)

Read more!(Selengkapnya)

Mulai Surut (Subsiding)

Source: Pikiran Rakyat





SEORANG warga tengah memandikan kambing di sekitar perairan Waduk Darma Desa Jagara Kecamatan DarmaKabupaten Kuningan, Minggu (23/5). Menginjak musim kemarau ini, air di Waduk Darma mulai surut.*AJUN MAHRUDIN/GALURA

English Translation

Citizens bathe a goat around waters of the Reservoir of the Village Service Jagara the Subdistrict DarmaKabupaten Kuningan, Sunday (23/5). Step on this dry season, water in the Service Reservoir began to subside. AJUN MAHRUDIN/GALURA

Read more!(Selengkapnya)

Tuesday, May 17, 2005

Seawater turned into potable water

Source: The Jakarta Post




JAKARTA: The City Environmental Management Agency (BPLHD) says it plans to apply River Osmosis technology to turn seawater into potable water.

Agency head Kosasih Wirahadikusumah said on Monday BPLHD had signed an agreement with city-owned company PT Pembangunan Jaya Ancol (TIJA) to implement the technology.

TIJA is also the operator of the Ancol Dreamland Park in Ancol, North Jakarta.

"This agreement is based on a request made by the company," Kosasih said during a hearing with the City Council's commission D overseeing development affairs.

Kosasih said Ancol was one of the biggest customers of city tap water company PD PAM Jaya, paying a water bill of up to Rp 2.5 billion a month.

The huge expenses had prompted the company to seek alternative ways to supply clean water, he said. --JP

Read more!(Selengkapnya)

Monday, May 16, 2005

Tsunami survivors lack clean water

Source: The Jakarta Post



Nani Afrida, The Jakarta Post, Banda Aceh

People arrive in droves at the clean water facility in Simpang Lima every afternoon. Several cars, be they jalopies or swank cars, park at the site in the downtown Banda Aceh district to obtain free potable water. The facility was established after the Dec. 26 tsunami.

People are free to fill an unlimited number of containers to take home.

"It's not bad as it's free. It's better than buying bottled water," said Ida, 23, a Banda Aceh resident.

The scene is in stark contrast to the conditions in a number of villages in Mesjid Raya district, a few kilometers from Simpang Lima, where there has been a clean water shortage for a week.

Villagers consume water from wells that were cleaned after the tsunami but the water still tastes salty.

Residents of Meunasah Kulam village in Mesjid Raya are forced to drink water from the one well in the village considered safe.

"Water from the other wells in the village are no longer fit for drinking," resident Jumadi, 38, told The Jakarta Post.

Well water in Meunasah Kulam village still tastes salty. Residents have added a chemical solution to the water to neutralize the taste but to no avail.

Residents have to walk five kilometers to a clean water source or buy water from itinerate vendors at Rp 1,500 (16 U.S. cents) for a 25-liter container.

A family uses two to four containers of water daily, forcing people to fork out extra money daily during these difficult times.

"We have lived in adversity since the tsunami, and we are facing water shortages now," said an area resident, Syariati, 33.

Syariati said that many tankers used to meet residents water needs, but they seldom come now, even though residents had placed lines of water containers on the roadsides.

As a result, they have to consume salty water from the only well, which is used by 640 villagers.

Residents are in urgent need of a new well. Water quality in the area was good before the tsunami.

The technical division head of Banda Aceh's state water company, Mukhlis, said that seawater intrusion was the reason well water tasted salty.

He said wells could return to normal, but how long it would take was up to nature, such as the amount of rainfall and how many trees were replanted in coastal areas.

"Wells that are dug deeper will not be affected by seawater intrusion," said Mukhlis.

Read more!(Selengkapnya)

Buckets of Misery

Source: The Jakarta Post




BUCKETS OF MISERY: An Acehnese woman prepares to drop her bucket into a well in Kulam subdistrict, Mesjid Raya, Banda Aceh. The area has been short of potable water for the past week. Residents living in coastal areas are in dire need of new fresh water sources due to seawater intrusion into wells. (JP/Nani Afrida)

Read more!(Selengkapnya)

Wednesday, May 11, 2005

Meski Dirugikan, Konsumen tak Diberi Kompensasi, Pelanggan PDAM Kesulitan Air (No compensation given to PDAM customers experiencing water difficulty)

Source: Pikiran Rakyat




Pikiran Rakyat - 10 Mei 2005

BANDUNG, (PR).- Sejumlah warga yang selama ini menjadi konsumen dan pelanggan PDAM Kota Bandung mulai merasakan dampak pecahnya pipa transmisi Cisangkuy Lama milik PDAM di Jln. Raya Banjaran-Pameungpeuk, Kab. Bandung. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka terpaksa membeli dari pedagang keliling, minta ke tetangga, atau memanfaatkan air sumur.

Seorang konsumen PDAM, Ny. Lili Warliah, warga Buah Batu kepada "PR" mengungkapkan, selama dua hari (Minggu-Senin, 8-9/5) air PDAM tidak "ngocor" ke rumahnya. Kondisi tersebut menjadikan ia dan keluarganya kesulitan. "Kalau dalam tiga sampai empat hari tidak 'ngocor', kami akan kesulitan air mengingat tidak ada lagi sumber air selain dari PDAM," katanya.

English Translation

Bandung, (PR).-
Several citizens that uptil now became the consumer and the customer PDAM the Bandung City began to feel the impact of the outbreak of the transmission pipe Cisangkuy Old belonging to PDAM in Jln. Raya Banjaran-Pameungpeuk, Kab. Bandung. To satisfy the clean requirement for water, they be forced bought from the travelling salesman, asked to the neighbour, or made use of well water.

A PDAM consumer, Ny. Lili Warliah, the citizen the Stone to "PR" revealed, for two days (Sunday-Monday, 8-9/5) PDAM water not "ngocor" to his house. This condition made him and his family the difficulty. "If in three to four days not 'ngocor', we would the water difficulty considering there was again the source of water apart from PDAM," he said.


Hal senada diakui oleh Edi, warga Margahayu Raya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia harus membeli air bersih dari pedagang keliling. "Tidak ada jalan lain, untuk mendapatkan air selain membeli dari pedagang keliling. Ternyata, untuk mendapatkannya tidak mudah," katanya.

Edi mengungkapkan, untuk keperluan hari Minggu masih terpenuhi karena kebetulan masih ada sisa air di penampungan. Namun, begitu memasuki hari Senin (9/5), kesulitan mulai terasa. "Untuk antisipasi, kami membeli air dari pedagang keliling. Itu satu-satunya cara agar saya dan keluarga bisa masak, minum, dan mandi," kata Edi.

Tidak "ngocornya" air PDAM ke rumah konsumen, memaksa Rudi, seorang konsumen di Jln. Otista Bandung, memanfaatkan air sumur yang sudah lama tak dipakai untuk mandi. "Untung saja sumur kami masih ada airnya. Kalau tidak, keluarga kami tidak bisa mandi," katanya.

Ny. Lili dan Edi mengaku prihatin atas kejadian yang menimpa PDAM. Menurut mereka, seharusnya musibah itu bisa dicegah jika pihak PDAM melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin terhadap setiap fasilitas yang dimilikinya. "Kalau memang pipa mereka sudah tua, kenapa tidak dilakukan penggantian. Ini seolah-olah dibiarkan, kalau sudah terjadi pecah baru diganti," katanya.

Belajar dari itu, PDAM menurut Edi seharusnya mengantisifasi kemungkinan-kemungkinan yang merugikan konsumen seperti pecah pipa atau kebocoran pipa. Karena menurut Edi pada dasarnya PDAM seharusnya lebih mengutamakan kualitas pelayanan kepada para pelanggan dan konsumennya.

Seorang pelanggan, Ny. Emmy, warga Antapani berharap agar PDAM bertindak cepat sehingga kerugian konsumen karena tidak mendapatkan air bisa diminimalisir. "Kalau berlama-lama konsumen akan kesulitan dan akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat Kota Bandung," katanya.

Tanpa kompensasi

Meski menjadi pihak yang dirugikan, konsumen dan pelanggan dipastikan tidak akan mendapat kompensasi dari PDAM. Alasannya, peristiwa pecahnya pipa tersebut sebagai musibah yang tak dikehendaki.

"Kami tidak bermaksud merugikan konsumen. Kejadian ini tidak terduga sehingga kami tidak bisa berbuat banyak. Meski begitu, kami sudah berusaha maksimal dengan melakukan gerak cepat penggantian pipa yang pecah," kata Humas PDAM Kota Bandung, Meliana saat dikonfirmasi via telefon, Senin (9/5).

Lebih jauh Meliana menjelaskan, pecahnya pipa transmisi tersebut tidak semata faktor ketuaan, tapi juga ada faktor lain yakni padatnya kendaraan yang lalu-lalang dan banyaknya kendaraan berat lewat ke atas tempat pipa ditanamkan. "Memang sudah tua, namun masih layak pakai karena di tempat lain juga belum diganti," katanya.

Mengenai penggantian pipa lama, menurut Meliana, rencana itu sudah ada, namun tidak bisa dilaksanakan segera mengingat biaya yang dikeluarkan cukup besar. "Memang kita sudah ada program penggantian pipa, tapi belum bisa diprediksi waktunya karena saat ini sedang melakukan program penambahan debit air untuk memenuhi kebutuhan konsumen," katanya.

Sudah diperbaiki

Menyinggung upaya perbaikan pipa yang bocor, Meliana menyatakan, satu jam setelah kejadian, PDAM langsung melakukan perbaikan pipa dan pekerjaannya baru bisa selesai pada Minggu (9/5) malam. Dengan tuntasnya perbaikan itu, secara otomatis debit air yang semula turun sekira 700 liter per detik ke pengolahan air Badaksinga, kembali normal.

Meski begitu, Meliana mengakui, pasokan air ke konsumen belum normal dan di tempat-tempat tertentu air belum bisa ngocor. Belum normalnya pasokan air PDAM itu karena pola pendistribusian air berdasarkan gravitasi. Sehingga, yang pertama yang mendapatkan air adalah daerah yang kontur tanahnya rendah, seperti Buah Batu. Sedangkan, daerah yang kontur tanahnya tinggi seperti Margahayu Raya, Riung Bandung, Antapani dan lain-lain belum bisa teraliri.

"Saya tidak bisa memberikan persentase mengenai daerah yang sudah teraliri. Namun, yang jelas daerah yang konturnya rendah sudah lebih dulu teraliri dan kami optimistis pada Rabu (besok-red) semuanya sudah merata teraliri," ungkapnya.

Read more!(Selengkapnya)

Monday, May 09, 2005

Dari Saluran Tersendat sampai Sambungan Liar (Eratic supply from stagnant channel)

Source: Kompas




Kompas - 09 Mei 2005

MEMASUKI musim kemarau tahun ini sebagian warga Jakarta Utara mulai merasakan kesulitan memperoleh air tawar bersih. Terutama dari saluran Perusahaan Daerah Air Minum, atau lebih sulit lagi memperolehnya dari air tanah yang sudah terintrusi air laut dan pencemaran lingkungan.

LIHAT saja keseharian warga di daerah Pluit di Kecamatan Penjaringan atau Kelurahan Ancol di Kecamatan Pademangan. Warid Waryadi, Ketua RW 01 Kelurahan Ancol, dan ratusan warga lainnya di daerah Pademangan, misalnya, harus rela begadang setiap malam. Sebab, air bersih dari saluran PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) hanya bisa diperoleh dengan lancar sekitar pukul 02.00 hingga 04.00.

English Translation

Kompas - May 09 2005

ENTER this year dry season of some citizens of North Jakarta began to feel the difficulty of receiving the clean fresh water. Especially from the channel of the Company of the Area of the Drinking Water, or more was difficult still received him from the ground water that already terintrusi sea water and pollution of the environment.

SEE daily the citizen in the area of the Pluit di Kecamatan Penjaringan or the Ancol District in the Pademangan Subdistrict. Warid Waryadi, the RW Chairman 01 Ancol districts, and hundreds of other citizens in the Pademangan area, for example, must be willing to stay up all night each night. Because, clean water from the channel of PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) only could be received from 02.00 through to 04.00.


Pada dini hari itulah warga Ancol dapat mengisi bak-bak penampung air bersih mereka. Di luar jam tersebut, jangan harap mendapat pasokan air secara lancar. Bahkan, pada siang hari boleh dikatakan pasokan air tersendat-sendat atau bahkan macet sama sekali!

"Banyak warga pada siang hari tidak dapat memperoleh air bersih dari pipa yang disalurkan ke rumah masing-masing. Sebagian warga akhirnya membeli air bersih dari pedagang keliling," kata Warid pada pekan lalu.

Berdagang air bersih di daerah Jakarta Utara memang sangat membantu warga. Mereka mengambil air dari hidran umum yang disediakan PT Palyja untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga yang belum menerima akses saluran air bersih.

Meskipun demikian, pada kenyataannya warga yang sudah memperoleh saluran air bersih dari PT Palyja pun tetap bergantung pada saluran hidran umum tersebut, atau setidaknya membeli dari para pedagang keliling. Warga akhirnya menanggung biaya dua kali lipat atau lebih.

"Kami tetap harus membayar abonemen berlangganan air bersih ke PT Palyja, tetapi juga harus membayar pula air bersih yang dibeli dari pedagang," kata Warid.

Menurut Warid, kalau mengambil sendiri air bersih dari hidran umum, satu gerobak berisi 24 jeriken harganya Rp 5.000 atau Rp 200 per jeriken ukuran 20 liter. Tetapi kalau membeli dari pedagang, satu pikul (dua jeriken) harganya Rp 1.000 sampai Rp 2.000, tergantung jaraknya dari sumber hidran.

Meskipun harganya relatif mahal, warga Jakarta Utara tidak bisa protes karena pada kenyataannya mereka tidak mudah juga mengambil air langsung ke hidran umum mengingat jaraknya yang tidak selalu dekat.

KESULITAN air bersih tidak hanya dialami warga kebanyakan yang tinggal di perkampungan padat atau kawasan kumuh. Bahkan di perumahan yang tergolong elite seperti Taman Pluit Kencana pun mengalami persoalan yang sama.

Karena sulitnya mendapatkan air, banyak warga di sana yang terpaksa memasang pompa air yang disambungkan langsung ke pipa air PDAM. Mereka tahu bahwa itu melanggar peraturan, tetapi kebutuhan akan air bersih yang sulit terpenuhi membuat mereka tetap melakukannya.

"Seakan berebut air bersih dari saluran yang ada, warga harus menambah pompa penyedot meskipun itu menyalahi aturan yang ada," kata Sani, seorang warga.

Apalagi pengoperasian pompa itu ternyata juga tidak selalu bisa mendapatkan air bersih, terutama pada siang hari. Celakanya, meski air tidak mengalir, meteran pengukur debit air tetap berputar oleh tarikan udara dari pompa. Akibatnya warga juga yang rugi, mengingat air tak dapat tetapi angka meteran terus berputar.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT Palyja, ujar Sani, adalah menyediakan truk tangki air bersih yang melayani permintaan warga. Setiap kali, katanya, warga dapat meminta dikirim air bersih, tetapi pengirimannya masih harus menunggu satu sampai dua hari. "Bahkan bisa lebih," kata Sani.

Pada kenyataannya, banyak warga yang tidak bisa menunggu berhari-hari untuk mendapatkan pasokan air bersih dari truk tangki Palyja. Peluang inilah yang kemudian ditangkap oleh para pedagang air bersih "kelas tangki". Bukan lagi kelas jeriken pikul dan gerobak dorong.

Menurut Sani, warga membeli air bersih dari truk tangki itu seharga Rp 30.000-Rp 40.000 per tangki ukuran 1,5 meter kubik, sementara dari truk tangki PT Palyja tidak dikenai tarif.

Kepala Humas PT Palyja Maria Sidabutar mengatakan, PT Palyja telah menanggapi setiap keluhan warga, asalkan disampaikan secara kolektif. Seperti di Pluit, keluhan warga secara kolektif segera ditanggapi. Antara lain PT Palyja pada akhir April 2005 membersihkan saluran pipa yang menuju kawasan Pluit dengan cara penggelontoran dan penambahan tiga katup.

"Selanjutnya, sampai sekarang masih dalam tahap monitoring pipa. Selain itu PT Palyja menyediakan enam sampai delapan truk tangki untuk mendistribusikan air bersih kepada warga di Pluit. Pada keadaan biasa hanya disediakan tiga truk tangki," kata Maria.

Untuk keluhan warga Ancol secara kolektif, Maria mengatakan sampai akhir April 2005 PT Palyja belum menerimanya.

Selama ini sebetulnya tidak hanya warga Ancol serta Pluit yang merasakan kesulitan memperoleh saluran air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam hal ini PDAM Jakarta telah bermitra dengan PT Palyja untuk pelayanan air bersih di wilayah barat Jakarta, dan bermitra dengan PT Thames PAM Jaya (TPJ) untuk pelayanan di timur Jakarta.

Dalam kondisi demikian, terutama di wilayah Jakarta Utara, masih saja ditemukan pelanggaran yang dilakukan warga. Hal itu antara lain berupa penyambungan secara liar atau tanpa izin. Dengan sambungan liar tersebut warga bisa dikatakan mencuri air bersih secara membabi-buta.

Pada 29 April 2005 PT TPJ melaporkan, tiga bulan terakhir telah memeriksa sekitar 5.300 saluran dari 13 rayon di Jakarta Utara di mana terdapat sekitar 600 saluran liar. Di antaranya dari Rayon Gading Permai, Tipar Cakung, Dewa Ruci, Sindang, Enggano, Podomoro, dan Martadinata.

"Tahun ini kami bertekad lebih waspada untuk menghentikan praktik ilegal tersebut," kata Customer Service & Operations Director PT TPJ Graham Holt.

Jumlah sambungan liar yang ditemukan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Graham, pencurian air bersih selain dengan sambungan liar juga dilakukan di antaranya dengan cara merusak meteran air sampai mengubah catatan jumlah air yang tertera.

Sambungan liar itu pada akhirnya juga memengaruhi tekanan di dalam pipa. Pada akhirnya distribusi air bersih yang diperkirakan mencukupi kebutuhan para pelanggan tidak terpenuhi.

Seperti di Jalan Bisma Raya dan Jalan Bisma Timur 2, Jakarta Utara, akhir-akhir ini TPJ menemukan dan telah memotong sambungan liar dua pipa berdiameter 100 milimeter dan satu pipa berdiameter 75 milimeter. Pada Februari 2005 di wilayah tersebut tercatat tekanan di dalam pipa sebesar 0,4-0,5 atm bar. Namun, pada saat dibongkar tekanannya jauh di bawah nilai tersebut.

Wilayah Jakarta Utara dengan 13 muara sungai itu kini makin dihadapkan pada tantangan lingkungannya. Problem air bersih yang sulit didapat warga pada musim kemarau hanyalah sebagian kecil dampak dari terpinggirkannya konsep berwawasan lingkungan.

Selama ini konsep berwawasan lingkungan sering diungkap. Tetapi, tanpa disertai tindakan semestinya. Seperti di antara 13 sungai yang ada itu senantiasa mengalirkan air berwarna hitam pekat, karena berbagai limbah.

Read more!(Selengkapnya)

Pengadaan Air Minum Libatkan Swasta (Procurement of drinking water involves private sector)

Source: Suara Merdeka

Suara Merdeka - 09 Mei 2005

SUKOHARJO - Kerja sama pengadaan air minum antara Sukoharjo dan Surakarta terus dimatangkan. Bahkan kedua wilayah bertetangga tersebut berencana membeli air curah dari pihak swasta.

Hal itu terungkap pada pemaparan proyek di gedung DPRD, Sabtu (7/5) lalu. Menurut Dirut PDAM Sukoharjo Martono, Pemkab Sukoharjo bertekad meningkatkan cakupan pelayanan air minum dari 7% saat ini menjadi 27% pada 2015.

Sasaran utama adalah pelanggan di kawasan Solo Baru yang tingkat ekonominya berkembang pesat. Kelak, air yang ada, sebagian dialirkan ke wilayah Surakarta dan sebagian lagi untuk pelanggan di Sukoharjo.

English Translation

SUKOHARJO - the Co-operation of the procurement of the drinking water between Sukoharjo and Surakarta continued. Moreover the two neighbouring territories planned to buy water curah from private enterprise's side.

That was expressed in the explanation of the project in the DPRD building, last Saturday (7/5). According to the PDAM Sukoharjo Martono Managing Director, determined Pemkab Sukoharjo increased the scope of the drinking water service from 7% at this time to 27% in 2015.

The main target was the customer in the New solo region that his level of economics developed fast. In the future, available water, was partly channelled to the Surakarta territory and the rest for the customer in Sukoharjo.


''Saat ini memang terjadi penurunan kualitas dan kuantitas air yang berasal dari sumur bor PDAM di Solo Baru sehingga pelanggan kadang-kadang protes karena kualitas air kurang baik,'' ujarnya.

Pihak swasta, katanya, akan memproduksi air curah yang diambil dari Bengawan Solo. Jumlah air yang dijual kepada kedua pihak minimal 90% dari kapasitas yang ada. Kapasitas produksi itu sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Mereka juga berkewajiban membangun pipa transmisi untuk mengirimkan air hingga ke pelanggan.

''Namun rencana itu masih dimatangkan dan dibahas lebih lanjut. Kelak Sukoharjo akan membeli air 100 liter/detik, sedangkan Surakarta 200 liter/detik.''

Dia menjelaskan, pelayanan PDAM menyangkut tiga hal pokok yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Artinya, air yang dialirkan kepada para pelanggan harus memenuhi baku mutu dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Aliran air harus tersedia terus-menerus dan tidak terpengaruh musim hujan ataupun musim kemarau.

Harga Jual

Ditanya berapa harga air yang pantas, Martono mengatakan harus di bawah harga jual PDAM.

''Saat ini harga jual Rp 1.400/m3. Logikanya, harga beli PDAM harus di bawah harga tersebut. Namun berapa pastinya harga yang harus dibayar masih dibahas lebih mendalam. Kami matangkan dulu pembahasan dengan PDAM Surakarta. Setelah itu, baru ke tahap investornya.''

Ditemui terpisah, anggota Komisi II DPRD, Sumarno Budipranoto, menyambut positif rencana kerja sama tersebut.

Diharapkan dengan adanya kerja sama kedua wilayah bertetangga itu pelayanan air minum dapat ditingkatkan sehingga kelak bisa meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat kedua wilayah.

Namun anggota Dewan asal PPP ini wanti-wanti agar persiapan kerja sama dibahas lebih matang. ''Jangan sampai proyek kerja sama yang pernah digalang antara PDAM Sukoharjo dan Pemkab Boyolali terulang lagi. Proyek itu sekarang mangkrak dan tidak ada kelanjutannya,'' tegasnya.

Read more!(Selengkapnya)

Pipa PDAM Pecah, Konsumen Terganggu (PDAM pipe breaks, consumers disrupted)

Source: Pikiran Rakyat






Sebagian Wilayah tak Dapat Kocoran Hingga Empat Hari

BANDUNG, (PR).-

Pipa transmisi Cisangkuy Lama milik PDAM Kota Bandung di Jln. Raya Banjaran-Pameungpeuk Kab. Bandung, Minggu (8/5) pukul 2.00 WIB, pecah. Akibat pecahnya pipa berdiameter 800 mm yang dipasang sejak tahun 1959 itu, debit air baku yang dialirkan ke Pengolahan Badaksinga mengalami penurunan sebesar 700 liter per detik, sehingga aliran air ke konsumen dan pelanggan sementara waktu akan terganggu.

Menurut Direktur Air Bersih PDAM Kota Bandung, Ir. H. Tardan Setiawan, saat ini pihaknya sedang memperbaiki dan mengganti pipa yang pecah tersebut. Pengerjaan perbaikan itu diperkirakan akan membutuhkan waktu lama dan antara 1-4 hari ini, terhitung sejak Munggu (8/5), pelanggan/konsumen akan terganggu.


English Translation

Bandung, (PR).-
The transmission pipe Cisangkuy Old property PDAM the Bandung City in the Road.
Great Row-Pameungpeuk Kab.Bandung, Sunday (8/5) struck 2.00 WIB, broke out. Resulting from the outbreak of the pipe berdiameter 800 mm that was installed since 1959 that, the standard water debit that was channelled to the Badaksinga Processing experienced the decline as big as 700 litre per the second, so as the water current will to the consumer and the temporary customer of time be disrupted.

According to Air Bersih PDAM Kota Bandung Director, Ir. H. Tardan Setiawan, at this time his side was improving and replacing the pipe that broke this. The execution of the improvement will it was estimated need a long time and between 1-4 today, was counted since the Hill (8/5), the customer/the consumer will be disturbed.


Daerah-daerah yang diperkirakan akan terganggu aliran airnya, sebagian wilayah Bandung Timur meliputi sebagian Kompleks Antapani dan sekitarnya, Jln. Suci dan sekitarnya, Kompleks Riung Bandung, Kompleks Margahayu Raya, dan Kompleks Ciwastra.

Sedangkan wilayah Bandung Tengah dan Selatan meliputi sebagian Jln. Oto Iskandardinata, Jln. Asia Afrika, Jln. Lengkong, Jln. Buahbatu, Jln. Moh. Ramdan, dan Jln. Moh. Toha. Bandung Barat meliputi sebagian Jln. Kebonjati, Jln. Gardujati, Jln. Pagarsih, Jln. Babakan Ciparay, Jln. Kopo, Jln. Soekarno Hatta, Jln. Padjadjaran, Jln. Garuda, Jln. Maleber, dan Jln. Sudirman.

"Kepada pelanggan yang memerlukan pelayanan air tangki dapat memesan di Kantor Layanan Air Tangki PDAM Jln. Suci Bandung dengan telefon 2507993," tandasnya.

Humas PDAM Kota Bandung, Meliana, menambahkan bahwa pipa transmisi Cisangkuy Lama sepanjang 32 km berfungsi mengalirkan air baku dari Sungai Cisangkau di Cikalong ke Pengolahan Badaksinga. Debit airnya sebesar 700 liter per detik. "Penyebab pecahnya pipa transmisi Cisangkuy Lama diduga karena pipa tersebut sudah tua, dipasang sejak tahun 1959. Tapi yang pecah cuma 1 lente (6 meter)," jelasnya.

Butuh waktu

Meliana berharap, upaya perbaikan dapat selesai Minggu (8/5) malam. Sehingga mulai Senin (9/5) pagi ini, beberapa daerah di sekitar Badaksinga seperti Jln. Suci, sudah bisa dialiri air PDAM. Daerah yang paling lama mengalami gangguan aliran air di antaranya Kompleks Riung Bandung dan Margahayu Raya karena lokasinya paling jauh dari Pengolahan Badaksinga.

"Jadi, daerah-daerah yang disebutkan Pak Tardan akan mengalami gangguan aliran air antara satu hingga empat hari. Itu artinya ada daerah yang hanya satu hari saja, yakni Minggu, mengalami gangguan karena hari Seninnya air sudah ngocor. Tapi ada daerah yang mengalami gangguan selama empat hari karena air baru ngocor sekitar hari Kamis," katanya.

Hal itu, menurut Meliana, meski pengerjaan pipa bocor sudah selesai, namun pengolahan air baku membutuhkan waktu. Selain itu, distribusi air ke konsumen memerlukan proses. Di antaranya, perlu ada pembuangan udara. "Ketika air tidak mengalir, pipa dari PDAM di Badaksinga hingga ke pelanggan berisi udara. Ketika air akan didistribusikan ke pelanggan, udara tersebut harus dikosongkan. Kegiatan tersebut memerlukan proses," jelasnya.

Menyinggung tentang pelanggan lainnya yang tidak mengalami gangguan aliran air, menurut Meliana, hal itu dimungkinkan karena pasokan air tidak hanya melalui pipa transmisi Cisangkuy Lama. Selama ini pasokan air baku Pengolahan Badaksinga diperoleh dari pipa transmisi Cisangkuy Lama dengan debit air 700 liter per detik, pipa transmisi Cisangkuy Baru dengan debit air 700 liter per detik, dan Cikapundung dengan debit air 100 liter per detik.

"Pelanggan yang biasa memperoleh pasokan air dari pipa tranmisi Cisangkuy Baru dan Cikapundung tidak akan terganggu karena memang tidak ada gangguan," tegasnya.

Read more!(Selengkapnya)

Friday, May 06, 2005

Cleanliness is next to .....

Source: The Jakarta Post




CLEANLINESS IS NEXT TO...: A woman washes dishes, while another bathes on the bank of the filthy, fetid Ciliwung River in Pademangan, North Jakarta. All 13 rivers and tributaries in the capital are heavily polluted with household and industrial waste. (JP/R. Berto Wedhatama)

Read more!(Selengkapnya)

PDAM Di-Deadline Tiga Bulan (PDAM Deadline Three Months)

Source: Indo Pos

INDO POS - 04 Mei 2004

SIDOARJO - Kinerja direksi PDAM di bawah pimpinan Direktur Utama Suhariyanto kembali mendapat kritik pedas. Direksi PDAM dinilai tidak cekatan dalam memecahkan berbagai problem di tubuh badan usaha milik daerah (BUMD) itu. Buktinya, tingkat kehilangan air dan tunggakan utang PDAM masih tinggi.

Dalam rapat direksi dengan Komisi B (keuangan) DPRD Sidoarjo di Kantor PDAM kemarin, terjadi perdebatan sengit soal kinerja PDAM tersebut. Menurut anggota Komisi B Ruhus Syahid Toha, tingkat kehilangan air (TKA) PDAM Delta Tirta antara 38 persen hingga 39 persen secara fluktuatif. Kondisi itu berlangsung bertahun-tahun. Seolah tak ada solusi. "Apa yang dilakukan direksi PDAM selama itu? kok tetap saja," ungkap Ruhus.

English Translation

Sidoarjo - the PDAM Achievement of the management under the command of the Suhariyanto Managing Director again received severe criticism. The PDAM management was judged incapable in solving various problems on the whole body of efforts of property of the area (BUMD) that. The proof is, the level lost water and PDAM debt arrears still was high.

In the meeting of the management with the B Commission (finance) DPRD Sidoarjo in the PDAM Office yesterday, happened the violent debate this PDAM matter of the achievement. According to the Commission member of B Ruhus the Toha Martyr, the level lost water (TKA) PDAM the Water Delta between 38 percent and 39 percent in a fluctuating manner. The condition took place for years. Appear to not have the solution. "What was done by the PDAM management for that?" How come continue to, said Ruhus.


Alasan PDAM, lanjut dia, lagi-lagi masalah usia jaringan pipa distribusi yang sudah tua dan bocor. Juga tingkat pencurian air yang masih tinggi. Kondisi tersebut telah berlangsung lama dan tetap saja dari tahun ke tahun. Karena itulah, dewan memberi batas waktu tiga bulan lagi agar direksi melakukan upaya-upaya serius dan signifikan. "Maksimal harusnya bisa ditekan hingga 20 persen," tambah anggota FKB itu.

Ruhus juga mempertanyakan tingginya utang PDAM yang hingga saat ini sekitar Rp 19 miliar. Padahal, total utang PDAM Rp 22 miliar dan telah dibayar Rp 19 miliar. Mengapa masih tetap begitu besar. Pemkab diminta mencarikan solusi dengan menalangi pembayaran utang itu agar tidak terus membengkak. "Jika tidak ada perubahan, kami akan mengevaluasi kinerja direksi," tambah Ruhus.

Di sisi lain, Dirut PDAM Suhariyanto menjelaskan, TKA PDAM Delta Tirta 38 persen hingga 39 persen itu masih tergolong bagus. Sebab, rata-rata PDAM di Indonesia menderita TKA hingga 50 persen. Direksi saat ini telah menekan TKA dari 42 persen hingga 38 persen hingga 39 persen.

"PDAM akan mengajak dewan studi banding melihat kondisi PDAM lain. Kami ini sebenarnya masih bagus," tandasnya.

Apa saja upaya PDAM mengatasi TKA? Suhariyanto mengaku telah menemukan berbagai terobosan. Misalnya, memasang meteran secara zoning di tiap kawasan. Sistem itu akan mendeteksi pencurian air oleh pelanggan.

Cara lain adalah memasang meteran ber-PIN (personal identity number) untuk mendeteksi kecurangan yang mungkin dilakukan petugas pemeriksa meter dari PDAM. Angka meteran tidak akan bisa dilihat selain oleh petugas yang ditentukan. "Kalau petugas ngawur atau kira-kira, pasti ketahuan," tandasnya.

Soal utang PDAM yang masih Rp 19 miliar, Suhariyanto mengaku kondisi tersebut disebabkan sistem pembayaran direksi sebelum dirinya menjabat. Waktu itu, pinjaman dari Bank Dunia tidak pernah diangsur. Akibatnya, bunga pinjaman membengkak sehingga utang pokoknya masih besar.

Read more!(Selengkapnya)

Air PDAM Terkontaminasi Bahan Kimia (PDAM water contaminated by chemical)

Source: Tempo Interaktif



Tempo Interaktif - 04 Mei 2005, Tangerang:Teka-teki tentang tercemarnya air PDAM Kota Tangerang yang mengalir ke perumahan Banjar Wijaya, Cipondoh karena bahan kimia terjawab setelah pihak PDAM mendapat jawaban hasil tes laboratorium di Sentra Teknologi Polimer (STP) Puspitek Serpong dan laboratorium SMAKBO I di Bogor.

Hasil laboratorium itu menunjukkan bahwa pipa PVC dan tanah yang mengalirkan air kepada 2.200 pelanggan di Banjar Wijaya terkontaminasi bahan kimia chloro acetic acid esther. Bahan kimia itu setelah diteliti merusak pipa menjadi lembek, rapuh, pecah dan berwarna hitam.

English Translation

Tempo Interaktif - May 04 2005, Tangerang: the Puzzle about tercemar him water PDAM the Tangerang City that flowed to Wijaya Series housing, Cipondoh was because of the chemical answered after the PDAM side received the answer of results of the laboratory test in centres of Polymer Technology (STP) Puspitek Serpong and the SMAKBO I laboratory in Bogor.

The results of the laboratory showed that the PVC pipe and the land that channelled water to 2,200 customers were in the Wijaya Series contaminated the chemical chloro acetic acid esther. The chemical after being researched damaged the pipe became soft, brittle, broke and was black.


Kerusakan pipa ternyata mencapai panjang 24 meter. Namun menurut Direktur teknik PDAM Tirta Darma, Yogie Patriana Alsyah, Selasa (3/5), saat ini sudah kembali normal karena PDAM telah mengganti dengan pipa baru.

Yogie menyatakan senyawa kimia itu belum diketahui asalnya dari mana. Namun, PDAM akan mencari pipa jenis lain yang tahan terhadap senyawa kimia. "Kami akan upayakan dari supplier untuk mendatangkan pipa yang lebih bagus,"kata Yogie.

Pipa air ke arah Banjar Wijaya pecah. Kerusakan itu mempengaruhi pasokan air ke rumah warga. Pipa bocor di daerah Banjar Wijaya sudah terhitung tiga kali ini dalam sebulan terakhir. Titik kebocoran pipa juga terletak pada lokasi yang sama.

Selain tersandung masalah pipa bocor, PDAM Kota juga mengkhawatirkan kondisi Bendung Pintu Sepuluh di Sungai Cisadane. Sebab tiga pintu di bendungan itu bocor, dan sementara waktu hanya disumpal dengan karung berisi pasir.

Jika dalam kurun dua bulan Pemerintah Provinsi Banten tidak lekas memperbaiki, maka sekitar 13 ribu pelanggan air dari PDAM Kota Tangerang terancam tidak bisa mengkonsumsi air bersih. Terhadap itu, Direktur umum PDAM, Muharram sudah menyurati Pemerintah Propinsi Banten melalui Wali Kota Tangerang. Tetapi sampai saat ini belum ada perbaikan yang berarti. "Terus terang kami harap-harap cemas, mendesak supaya segera diperbaiki," kata Muharram.Ayu Cipta

Read more!(Selengkapnya)

Tuesday, May 03, 2005

Presiden: Indonesia Krisis Air (President: Indonesia's Water Crisis)

Source: Tempo Interaktif



Kamis, 28 April 2005

TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kondisi sumber daya air di Indonesia sudah mencapai tahap kritis. Sejumlah daerah di tanah air, termasuk daerah kelahirannya di Pacitan, Jawa Timur, termasuk daerah yang sulit air.

Untuk itu Presiden memerintahkan kepada Departemen Pekerjaan Umum untuk mendaftar daerah-daerah yang mengalami krisis air. "Saya minta agar diajukan daerah-daerah yang perlu diprioritaskan untuk diselamatkan," kata Presiden dalam pencanangan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air di Istana Negara hari ini (28/4).

Presiden mengatakan daftar prioritas daerah yang perlu diselamatkan ini penting untuk tindak lanjut peyelamatan. "Pemerintah akan melakukan langkah penyelamatan terpadu, sistematis dan terarah," kata dia.

English Translation

Tempo Interaktif, Jakarta: President Susilo Bambang Yudhoyono said the condition for water resources has in Indonesia achieved the critical stage. Several areas in the homeland, including his area of the birth in Pacitan, East Java, including the area that was difficult water.

So the President ordered the Department of the Public Works to register areas that experienced the water crisis. "I asked in order to be put forward areas that must be given priority to to be rescued," said the President in the National proclamation of the Movement of the Partnership of the Rescue of Water in the Country's Palace today (28/4).

The president said the list of the priority in the area that must be saved this was important for the follow-up peyelamatan. The "government will carry out the solidest step in the rescue, systematic and was directed," said he.


Ia juga menginstruksikan kepada lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah untuk merumuskan langkah terpadu untuk menyelamatkan air. Menurutnya, masalah ketersediaan air bersih sudah memprihatinkan sejak lama di Indonesia.

Beberapa daerah memang telah mengalami kelangkaan sumber air. Ini membuat harga air bersih menjadi mahal. Di Gunung Kidul, harga air minum sekitar tiga-empat kali lipat dibandingkan harga air minum di Jakarta. "Pertambahan penduduk, penebangan liar, dan makin tipisnya lahan untuk tampung air merupakan ancaman serius ketersediaan air di masa sekarang dan depan," ujarnya.

Indikasi lainnya, kegiatan penyulingan air di berbagai daerah menunjukkan sulitnya air bersih tersedia. "Apakah kita mau menyuling air laut yang biayanya mahal," kata dia. Beberapa daerah lainnya yang juga bermasalah adalah Kebumen Selatan, Wates, Bantul, Wonosari, Wonogiri, Trenggalek, dan Tulungangung.

Menurut Presiden, pemerintah akan mengevaluasi pembangunan fisik terutama tata ruang selama ini apakah sudah selaras dengan alam atau belum.

Sedangkan dalam pidatonya, Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto mengatakan, pemerintah perlu pernyataan khusus soal penyelamatan air. Joko yang juga merangkap sebagai Ketua Harian Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air ini mengatakan, akan merumuskan langkah konkret penyelamatan air.

Read more!(Selengkapnya)

Presiden Akui Kondisi SDA Indonesia Sudah Krisis (President acknowledges Indonesia water resource crisis)

Source: Neraca



Presiden mengakui sumber daya air Indonesia saat ini dalam kondisi kritis. Sehingga perlu direnunkan kembali upaya penyusunan tata ruang untuk mencegah memperparah kondisi kritis itu. Presiden mengatakan jika perencanaan pembangunan dilakukan dengan baik, maka masalah ketersediaan sumber daya air sesungguhnya dapat diatasi. Cepatnya pertambahan penduduk, penebangan hutan secara liar serta menipisnya lahan penampung air merupakan ancaman serius yang mengakibatkan kelangkaan masalah keterbatasan air saat ini dan masa yang akan datang. Dalam kondisi Indonesia yang beriklim tropis, masalah air tidak hanya cukup dipelihara tetapi perlu diselamatkan.

English Translation

The president acknowledged Indonesian water resources at this time in the critical condition. So as necessary direnunkan came back efforts of the compilation of the layout to prevent aggravated the critical condition. The president said if development planning was carried out well, then the problem of the availability of water resources could be actually overcome. Fast him population growth, the felling of the forest illegally as well as diminished him the land of the water cross-section was the serious threat that resulted in the scarcity of the problem of the limitations of water at this time and really that will come. In the Indonesian condition that had a tropical climate, the problem of water must be only just maintained but saved.

Read more!(Selengkapnya)

Monday, May 02, 2005

Warga Kp. Pangkalan Menikmati Air Bersih (Citizens of Kp. Pangkalan enjoy clean water)

Source: Pikiran Rakyat

Projek Pipanisasi Selesai Dibangun

GARUT, (PR).-
Air bersih dambaan masyarakat Kp. Pangkalan, Desa Sindang Ratu, Kec. Wanaraja, Kab. Garut akhirnya menjadi kenyataan. Ratusan KK yang selama 25 tahun mengonsumsi air comberan ("PR”, 14/9/04) kini dapat menikmati air bersih setelah projek pipanisasi sepanjang 8 km selesai dibangun atas dana bantuan Pemprov Jabar senilai Rp 700 juta.

Bahkan tak hanya warga Kp. Pangkalan, kini yang dapat menikmati air bersih itu juga Kp. Sukadanu, yang bersebelahan dengan Kp. Pangkalan. Total jumlah keluarga yang menikmati air bersih tersebut berjumlah sekira 600 KK atau sekira 2.400 jiwa.

English Translation

Pipeline Project Finally Built

Garut, (PR).-
clean Water the community's Kp. Pangkalan, Desa Sindang Ratu, Kec. Wanaraja, Kab. Garut had finally become the reality. Hundreds of heads of households that for 25 years mengonsumsi the sewage (PR”, 14/9/04) currently could enjoy clean water after projek pipanisasi along 8 km was finished was built on the aid fund of Pemprov West Java with a value of Rp 700 million.

Moreover not only the citizens of Kp. Pangkalan. currently that could enjoy clean water but also Kp. Sukadanu, that was neighbouring with Kp. Pangkalan. The total of the family's numbers that enjoyed this clean water numbering approximately 600 heads of households or approximately 2,400 people.

"Kami sangat bersyukur dengan selesainya projek pipanisasi tersebut. Yang jelas, kini kami tak akan mengonsumsi air comberan lagi," tutur Kepala Desa Sindangratu, Cucu Suryana, Jumat (29/4). Dijelaskan, pengerjaan projek pipanisasi air bersih itu menelan waktu cukup lama karena letak geografis yang tak menguntungkan.

Air bersih yang dialirkan dari Gunung Cigaruguy melalui pipa paralon dan sebagian pipa besi. Aliran air itu kemudian ditampung di tiga keran umum yang berada di Kp. Pangkalan dan Kp. Sukadanu. Sementara pipanisasi menuju ke rumah-rumah penduduk kini ditangani pihak panitia yang ditunjuk oleh warga. Keran umum tersebut, selain berfungsi untuk menampung air, juga berfungsi sebagai jamban umum.

Satu persoalan sekarang, kata Cucu, jumlah keran umum tersebut dinilai kurang banyak dibandingkan dengan jumlah warga. Selain itu, sambung Cucu, keran umum yang terdapat di Kp. Sukadanu ukurannya sangat kecil. Warga berharap terdapat penambahan satu lagi keran umum yang cukup besar di Kp. Sukadanu.

Namun demikian, sebagian besar warga menyambut gembira dengan mengalirnya air bersih di daerah mereka. "Alhamdulillah hampir selama dua puluh lima tahun kita akhirnya mengonsumsi air bersih. Semua itu berkat adanya andil dari pihak media massa yang direspons pemerintah hingga kita sekarang dapat meneguk air bersih," ungkap Enep (25), salah seorang warga Kampung Sukadanu.

Ditemui terpisah, Kabid Permukiman Dinas Bangunan dan Permukiman Pemkab Garut, Atang Subarzah, mengatakan projek ini berasal dari bantuan Pemprov senilai Rp 700 juta. Ia berharap, selesainya pipanisasi di dua kampung itu, dapat dimanfaatkan dan dipelihara sebaik-baiknya.

Read more!(Selengkapnya)

Waste management needs revamping

Source: The Jakarta Post



The Jakarta Post, Jakarta

An environmental activist and a toxic waste expert called on the city administration on Saturday to decentralize waste management in order to reduce thousands of cubic meters of garbage from being dumped into the city's rivers.

"I think the city administration needs to engage communities and family units in managing the waste, since they are the ones who know well about their neighborhoods. Make them responsible," artist and environmental activist Iga Mawarni said during an Earth Day commemoration on Saturday.

To highlight water pollution in the city, the World Wildlife Fund (WWF), in cooperation with the environment student group Mapala from the University of Indonesia, made a four-minute video presentation showing the changing purity of water in the Ciliwung river.

Samples of water were taken from seven spots from the river upstream at Desa Cempaka village in Bogor, West Java, to its downstream at Muara Angke in North Jakarta.

"The water purity starts to change in Puncak, where kiosks throw their garbage into the river, then it gets darker in Central Jakarta, where many offices and industries channel their waste into the river," said Kriskuarto Tutuko, a member of Mapalla UI, who did the documentation.

Iga suggested that community units, especially those located along city river banks, be motivated to manage their waste by giving them rewards and punishments.

"If a community unit fails to manage their garbage, they should get sanctions," the jazz singer said, adding that mechanisms for implementing the idea should be discussed together by the central government, the city administration and representatives of city residents.

The city has 2,663 community units, which could be a great asset to helping to manage the more than 25,000 cubic meters of waste that the capital produces everyday. Must of the waste is believed to be dumped into the city's rivers, aggravating floods during the rainy season.

Expert Lukas Adhiakso, meanwhile, said that toxic waste in the city's 13 rivers has already reached alarming levels.

"We have all kinds of waste starting from households waste, pesticides to industrial and organic waste. All of these elements reduce the content of oxygen in the rivers and cause deaths to almost any forms of life in the river. The only thing that can survive are bacteria, which cause many kinds of disease," said Lukas, who has a doctorate in toxicology.

He also suggested that the city administration require all households in the capital to separate their waste into organic and inorganic, and encourage communities to compost organic waste.

"The waste composting should be decentralized, meaning it should not be done at a final dumping site, but at the neighborhood level, such as a community unit," said Lukas, who works for the United Nations Development Program (UNDP).

"Currently garbage is transferred from one dumping site to another, which actually does not reduce the amount of garbage. The problem is if one dumping site has problem, the whole waste dumping chain is interrupted, and rivers become the alternative dumping site," he said.

Garbage disposal is now handled by the city administration, with communities only playing marginal roles.

Read more!(Selengkapnya)